Pemerintah Gerak Cepat Antisipasi Gejolak Geopolitik Dunia

Jumat 19 Apr 2024 - 19:29 WIB
Reporter : Dodi Haryanto
Editor : Ependi

Meski demikian, Airlangga menegaskan bahwa penurunan nilai tukar rupiah tidak lebih dalam dibanding negara lain seperti China dan Thailand.

BACA JUGA: PMI Manufaktur Indonesia Konsisten Ekspansi 31 Bulan Berturut-turut

BACA JUGA:Layanan Telekomunikasi Tetap Asyik selama Mudik

Jika dibandingkan dengan peer country, indeks dolar di Indonesia relatif lebih aman. Menko Airlangga juga mengatakan bahwa pasar saham Indonesia masih positif.

“Sekali lagi, hire for longer itu strategi mereka, sehingga tentu kita harus jaga kepercayaan investor dalam negeri, terutama agar tidak terjadi capital outflow,” jelas Airlangga.

Terkait inflasi, Airlangga menerangkan bahwa gejolak pangan yang tengah terjadi di dalam negeri disebabkan oleh El Nino.

Namun Pemerintah dengan Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah telah bekerja sama secara kuat agar inflasi tetap dalam rentang 2,5±1 persen.

BACA JUGA:Transisi Energi Indonesia Perlu Libatkan Peran Anak Muda

BACA JUGA: ID Food Raih Penghargaan di Ajang Digital Technology Award 2024

“Jadi, sekali lagi, pangan itu penyebabnya El Nino, di Juli 2024 sampai dengan Februari-Maret 2024. Namun kalau kita lihat pasca lebaran, baik harga beras sudah mulai flatten, demikian pula cabe rawit dan cabe merah pun turun. Jadi, ini inflasi yang tidak tergantung kepada konflik di Timur Tengah. Ini inflasi dari faktor dalam negeri dan pengaruh dari El Nino kemarin,” jelas Menko Airlangga.

Airlangga menegaskan bahwa seluruh elemen Pemerintah telah bekerja sama untuk menjaga perekonomian nasional.

Mulai dari penerapan kebijakan fiskal yang dilakukan Pemerintah dengan mengoptimalisasi APBN dan APBD yang selama penanganan COVID-19 yang lalu juga menjadi shock absorber.

Hingga penerapan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia untuk stabilisasi nilai tukar rupiah bersamaan dengan banyak instrumen lainnya.

BACA JUGA:Lebaran dan Perputaran Ekonomi Masyarakat

BACA JUGA:Kinerja Terbaik Industri Manufaktur selama 2,5 Tahun

“Subsidi kompensasi energi tetap diandalkan menjadi shock absorber. Tidak seluruhnya di pass-on ke masyarakat, seperti yang kita lakukan. Kemudian anggaran ketahanan pangan, SPHP bantuan pangan kemarin sudah dijalankan, termasuk BLT mitigasi resiko pangan masih disiapkan. Kemudian pengendalian inflasi daerah dan optimalisasi APBD terkait dengan Belanja Tidak Terduga. Pengendalian inflasi juga kita punya 4K yaitu keterjangkauan harga, ini juga melalui SPHP bantuan pangan, Perlinsos, subsidi dan kompensasi energi, ketersediaan pasokan, Cadangan Beras Pemerintah dijaga 1,2 juta ton se tahun. Kemudian pembiayaan KUR, penyediaan pupuk subsidi, distribusi antar daerah penghasil dan pengguna. Jadi, kerja sama antar daerah penghasil komoditi pangan provinsi yang membutuhkan dan juga orkestrasi melalui komunikasi kegiatan yang terkait dengan TPID,” pungkas Menko Airlangga.

Kategori :