RADARUTARA.BACAKORAN.CO- Pemerintah bergerak cepat menyiapkan berbagai skenario untuk mengantisipasi dampak gejolak geopolitik dunia saat ini.
Disamping itu, fundamental ekonomi nasional juga kuat yang diantaranya terlihat dari prospek bagus Kepercayaan Konsumen yang berada di level positif yakni 123,8.
Penjualan eceran yang tumbuh tiga setengah persen year on year, dan sektor manufaktur yang relatif tinggi dibandingkan berbagai negara lain yakni PMI 54,2.
Sementara itu, inflasi Indonesia juga relatif terkendali dalam rentang 2,5±1 persen
BACA JUGA:Lebaran dan Perputaran Ekonomi Masyarakat
BACA JUGA:Kinerja Terbaik Industri Manufaktur selama 2,5 Tahun
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa dalam gejolak geopolitik saat ini, para pemimpin dunia juga relatif menghindari eskalasi dan potensi-potensi disrupsi terkait dengan logistik, supply chain, dan kepentingan di Selat Hormuz.
Hal tersebut disampaikan Menko Airlangga dalam Konferensi Pers terkait Kondisi Ekonomi Terkini yang digelar di selasar Loka Kertagama Kemenko Perekonomian.
“Kalau kita lihat, kepercayaan investor terhadap ketahanan ekonomi Indonesia baik. Pertumbuhan ekonomi kita 2024, 5 persen, diperkirakan 5,1 persen. Sedangkan pertumbuhan global di tahun ini diperkirakan 3,2 persen. Jadi, Indonesia jauh di atas perkembangan ekonomi global, dan ekonomi global diperkirakan flatten, tetap, sedangkan Indonesia 5,1 persen di 2025. Dan juga negara berkembang pun rata-rata emerging countries di 4,2 persen,” jelas Airlangga.
Lebih lanjut Airlangga juga menyampaikan bahwa Lembaga Pemeringkat Moody’s menilai ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga dengan pertumbuhan yang tinggi dan stabil dan berbagai instrumen kebijakan kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global.
BACA JUGA: Ini Bentuk Dukungan Pemerintah terhadap Petani
BACA JUGA:Porsi Energi Terbarukan Semakin Besar
Moody’s mempertahankan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 16 April 2024.
“Faktor ketidakpastian itu sudah dimasukkan dalam pertimbangan mereka. Demikian pula Fitch dan JCR menyatakan bahwa inflasi terkendali dan rasio utang terhadap PDB juga rendah dan terkendali,” jelas Airlangga.
Kemudian terkait tekanan global terhadap nilai tukar, termasuk rupiah, Menko Airlangga menegaskan bahwa saat ini pelemahan nilai tukar di berbagai negara disebabkan oleh menguatnya perekonomian Amerika Serikat.