Dia berujar, selain cabai yang membuat pedagang makanan khususnya, puyeng. Beberapa komoditi seperti bawang merah dan bawang putih, juga sejak medio ramadhan hingga menjelang lebaran, harganya melonjak.
BACA JUGA:Jangan Dilewatkan! Ini 10 Khasiat Air Rendaman Timun Bagi Kesehatan Tubuh
BACA JUGA:Perayaan Paskah, Pemprov Bengkulu Dorong Pemuda Terus Berkarya
"Bawang sempat di harga Rp 50.000 perkilogramnya," ujarnya mencerita.
Sebagai pedagang makanan matang, maka kebutuhan yang masih membuatnya bingung adalah harga beras yang saat ini belum menunjukkan penurunan.
Untuk kelas IR 64 saja, ceritanya, harganya sudah di angka Rp 28.000 percupaknya. Untuk beras dengan kualitas di atasnya, sudah pasti memiliki harga yang lebih tinggi.
"Kita berharap, harga-harga ini bisa segera stabil lah. Paling tidak, gak terlalu mahal. Jadi biar sama-sama enak. Pembeli enak, penjual enak, petani juga enak," harapnya.
BACA JUGA:Tetap Hati-hati! Jalur Mudik Lintas Barat Sumatera, Relatif Lengang
BACA JUGA:Konflik Timur-Tengah, Rentan Picu Lonjakan Harga BBM
Maka kondisi fluktuasi harga kebutuhan pokok yang disebutnya dimula itu, membuat dirinya dan tak beda juga dengan pedagang makanan lainnya, dalam situasi dilema.
Di satu sisi, biaya operasional seperti kebutuhan pokok untuk usahanya yang meningkat. Namun, sulit menyesuaikan harga jual yang representatif.
"Barang-barang naik, tapi kami sulit naikkan harga jual. Kalo dimahalin, pembeli keberatan. Ini bingungnya kita," ungkapnya, curhat soal dilema pedagang di setengah harga bapok yang melonjak.
Legislatif melihat kondisi harga pasar saat ini, memang harus diambil langkah-langkah strategis pemerintah.
BACA JUGA:Sektor Wisata Jadi Sumbu Ekonomi Setiap Masa Liburan
Seperti diungkapkan, Juhaili, Wakil Ketua 1 DPRD Bengkulu Utara, yang menilai berpasrah pada kondisi pasar, akan berimplikasi pada daya beli di masyarakat yang menurun.