Tahun 1880 dia berhasil mempertahankan disertasi doktoralnya tentang "Het Mekkaansche Feest" atau Perayaan-perayaan di Mekah dari Fakultas Teologi Universitas Leiden.
Dengan bekal bahasa Arab yang lancar dan gelar doktor yang dia selesaikan dalam umur yang masih muda dia terlihat sangat percaya diri.
BACA JUGA: Bank Indonesia Jamin Utang Luar Negeri Aman dan Terkendali
BACA JUGA: Aristoteles, Penemu Ilmu Mantik, Guru dari Alexander Agung
Snouck adalah kelahiran 1857, praktis saat di Jedah dia berumur 27 tahun.
Orang yang menjamin kedatangannya di Jedah tak lain dari Konsul Belanda untuk Jedah, Johan Kruyt.
Setelah membaca sebuah tulisan Snouck di koran Java Bode pada sekitar tahun 1883, Kruyt yakin bahwa doktor muda ini adalah orang yang tepat untuk melakukan kerja-kerja spionase di Mekah.
Kerajaan Belanda memang sudah lama memiliki kedekatan dengan Mekah yang waktu itu berada di bawa kekuasaan Turki Usmani.
Sejak awal abad 18, VOC memiliki sayap pelayaran yang disewakan untuk melakukan perjalanan haji lintas samudera. Konon Sultan Mughal Aurangzeb adalah salah satu orang penting yang menyewanya.
BACA JUGA:Pecat Dirut RSUD M. Yunus, Gubernur Bengkulu Berpotensi Digugat ke PHI
BACA JUGA:April 2024, Ini Pendapatan Yang Bakal Diperoleh ASN
Sulit untuk tidak membayangkan suasana yang begitu menarik, saat seorang agen Kerajaan Belanda datang ke sebuah wilayah yang penuh misteri dan terlarang.
Wilayah kekuasaan Imperium Usmani yang paling diimpikan para penjelajah.
Snouck harus memulai suatu kerja besar untuk masuk ke Tanah Suci, menyatu di dalamnya, dan melakukan penyelidikan dan pengintaian yang mendalam lengkap dengan peralatan rekam yang paling mutakhir pada zamannya.
Stasiun karantina haji di Jedah adalah tempat Snouck memulai kerjanya.
Sembari melakukan aklimatisasi dan adaptasi dia mewawancarai kelompok-kelompok jemaah haji yang tiba di sana dengan menumpang kapal VOC.