Ada juga temporal dialek. Merupakan perkembangan atau penggunaan dari bahasa yang berbeda-beda dari waktu ke waktu.
Contohnya, apa yang lazim disebut bahasa Melayu kuno, Melayu Klasik, dan Melayu Modern, masing-masing merupakan dialek temporal dari bahasa Melayu;
BACA JUGA:Sikapi Status Jalan Harus Serius. Ini Dampaknya...
BACA JUGA:Siap-siap, Razia 14 Dimulai Hari Ini
Terakhir adalah dialek tinggi yang merupakan variasi sosial atau regional suatu bahasa yang diterima sebagai standar bahasa itu dan dianggap lebih tinggi daripada dialek-dialek lain.
Sudah diwartakan RU pada Minggu , 03 Mar 2024 - 22:10. Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati, S.Pd, M.Hum, menyampaikan soal perbedaan bahasa dan dialek.
Penjelasan Dwi itu, disampaikan usai sebuah pertemuan di Pemprov Bengkulu, terkait hasil kerja pemetaan bahasa dan dialek yang sudah dilakukan oleh pihah Kantor Bahasa.
Dwi menyampaikan, hasil pemetaan yang sudah dilakukan pihaknya, setidaknya menemukan 18 bahasan dan dielek di Provinsi Bengkulu.
BACA JUGA:KABAR DUKA...Lansia Tersambar Petir Saat Menanam Sawit, Begini Kondisinya...
BACA JUGA:Pesan Kepada Guru dari Jokowi pada Kongres XXIIII PGRI
Tentunya, hasil pemetaan ini, sangat mungkin kian bertambah, sejalan dengan temuan-temuan hasil pemetaan yang terus dilakukan.
"Dari pemetaan bahasa dan dialek yang telah kita lakukan, sudah terpetakan bahasa-bahasa daerah khususnya di Provinsi Bengkulu," ungkap Dwi Laily kepada jurnalis yang mewawancarainya.
Hasil pemetaan kantor bahasa, kata Dwi, bahasa daerah di Provinsi Bengkulu diantaranya adalah Bahasa Rejang, Enggano dan Melayu Bengkulu.
Dalam perkembangannya, masih Dwi, menjelaskan, melahirkan ragam dialek yang dipicu oleh perkembangan atau pergerakan rumpun-rumpun sosial masyarakat.
BACA JUGA: Raih 3 Kursi DPRD Kota, Suhartono: Kita Tak Membatasi, Caleg Tak Terpilih Dapat Kompensasi
BACA JUGA: Berkah Transformasi Industri 4.0