Perekonomian global kini masih dikepung sejumlah masalah, yakni perang di Eropa yang masih terus berkecamuk.
Begitu juga di kawasan Timur Tengah serta masalah iklim yang terus memburu. Alhasil, akselerasi ekonomi terhambat.
Namun di tengah kondisi tersebut, sektor UMKM dinilai menjadi sektor yang paling tahan menghadapi situasi tersebut.
Sektor itu masih tetap survive. Sektor UKM bahkan berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional di tengah krisis yang masih belum diketahui kapan berakhirnya.
BACA JUGA: Pemerintah Blokir 1.855 Situs Perdagangan Berjangka Komoditi Ilegal
BACA JUGA:Laba Bersih Q4 2023 Bank DKI Tembus Rp1 Triliun
Kendati sebenarnya sektor itu ikut goyah digempur krisis, omzet anjlok, penyediaan bahan terganggu, modal terancam cekak, jumlah pelaku usaha di sektor itu tercatat mencapai 60 juta.
Pemerintah pun menyadari kondisi itu. Oleh karenanya, sebagai penyangga perekonomian nasional, pemerintah terus berusaha agar sektor itu tetap survive dengan mengucurkan beragam insentif.
Bahkan, produk mereka didorong agar mampu bersaing dan mampu menembus pasar global. Salah satunya adalah memastikan keamanan produk pangan UMKM.
Pasalnya, produk pangan UMKM mulai diterima di pasar global. Misalnya saja, produk pangan sambal Ibu Rudi.
BACA JUGA:Sertifikasi untuk Kuasai Pasar Halal Dunia
BACA JUGA: OJK Terus Pantau Perkembangan Investree
Setiap kali ada pameran atau festival yang diselenggarakan Perwakilan Indonesia di luar negeri, produk sambal ini menjadi produk favorit bagi para diaspora Indonesia.
Bukan hanya itu, Indonesia yang kaya dengan buah-buahan pun kini sudah dibuat menjadi panganan ringan Indonesia. Misalnya, kripik apel, kripik nangka, dan sebagainya.
Dalam konteks itu, dua lembaga pemerintah, masing-masing Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koperasi dan UKM, berkepentingan terhadap keamanan produk pangan UMKM untuk bisa diterima di pasar global.