RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Kuda lumping, sebuah pertunjukan seni tradisional yang berasal dari Jawa, terutama populer di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sekitarnya, telah memikat hati banyak orang dengan keunikan dan daya tariknya.
Kesenian ini, yang juga dikenal dengan sebutan "jathilan", menggabungkan tarian, musik, dan elemen magis, serta memiliki sejarah panjang yang terkait dengan budaya dan tradisi lokal.
Meski sering kali dianggap sebagai hiburan rakyat, kuda lumping memiliki makna mendalam yang mencerminkan kearifan lokal dan kekuatan spiritual masyarakatnya.
Asal Usul Kuda Lumping
Kuda lumping berasal dari Jawa, dengan akar yang dapat ditelusuri kembali ke tradisi rakyat yang berawal dari abad ke-19.
BACA JUGA:Kekuatan Gaib dan Tradisi yang Menantang Logika dari Kesenian Debus
BACA JUGA:Menyusuri Jejak Mistis di Balik Tari dan Ritual yang Ada di Kesenian Bantengan
Pada mulanya, seni ini muncul sebagai bentuk pertunjukan yang menggabungkan tarian rakyat dan permainan topeng.
Nama "kuda lumping" berasal dari dua kata: "kuda" yang berarti kuda, dan "lumping", yang merujuk pada cara penari bergerak seperti menunggang kuda.
Penari-penari ini menggunakan topeng dan properti berbentuk kuda dari bambu atau anyaman, yang menjadi simbol utama dalam pertunjukan tersebut.
Pada awalnya, kuda lumping adalah sebuah tarian rakyat yang meniru pertempuran kuda, tetapi seiring berjalannya waktu, pertunjukan ini semakin dipengaruhi oleh unsur magis dan mistis yang membuatnya berbeda dengan seni tari lainnya.
BACA JUGA:5 Mitos dan Legenda yang Masih Dipercaya di Kalimantan
BACA JUGA:Legenda Pulau Seribu: Hantu Laut yang Menunggu Pembebasan
Oleh karena itu, kuda lumping tidak hanya sekadar tontonan, tetapi juga dipercaya mengandung unsur ritual yang mendalam.
Unsur Magis dalam Kuda Lumping
Salah satu hal yang membuat kuda lumping begitu menarik adalah adanya unsur magis yang melekat pada pertunjukannya.
Banyak orang percaya bahwa penari kuda lumping dapat memasuki keadaan trance atau kesurupan selama pertunjukan berlangsung.