RADAR UTARA - Menjelang libur natal 2023 dan tahun baru (Nataru) 2024 harga tiket pesawat mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Seperti harga tiket pesawat rute Bengkulu-Jakarta. Saat ini, untuk penerbangan langsung harga terendah sudah mencapai Rp1.226.200. Harga ini untuk keberangkatan tanggal 20 Desember 2023, mengutip tarif tercantum di platform penjualan tiket online, Selasa, 19 Desember 2023. Padahal, catatan Radar Utara, harga tiket Bengkulu-Jakarta pernah hanya Rp700.000-an untuk penerbangan langsung pada 17 Juli 2023 lalu. Menyikapi hal itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno. Menyarankan masyarakat untuk berlibur ke destinasi wisata terdekat yang dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi, seperti motor atau mobil. "Kendaraan jalur darat bisa menjadi alternatif untuk masyarakat bepergian untuk berlibur. Sebab, harga tiket kereta, juga sama mahalnya dengan tiket pesawat maka kendaraan pribadi bisa menjadi opsi lainnya untuk pergi ke tempat wisata atau berlibur," kata Sandiaga usai Weekly Brief, dilansir Selasa, 19 Desember 2023. Hanya saja, untuk jangka pendeknya, Sandiaga mengatakan masyarakat tetap dapat memanfaatkan promo tiket pesawat yang ditawarkan sejumlah maskapai dan online travel agent (OTA). Kemudian untuk solusi jangka panjang, kata Sandiaga, pemerintah juga terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan skema block seat dan juga koordinasi dengan industri maskapai untuk menekan harga tiket pesawat melalui penambahan jumlah penerbangan. "Sebab, ketimpangan antara ketersediaan armada pesawat dan melonjaknya permintaan masyarakat memang menjadi pemicu harga tiket pesawat mengalami kenaikan pada masa libur Nataru ini," jelasnya. Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati menjelaskan. Saat ini masih terjadi ketidakseimbangan antara jumlah armada pesawat yang disediakan maskapai dengan permintaan penerbangan dari masyarakat. BACA JUGA: Pendidikan Bela Negara Ketarunaan, Membentuk Mental dan Karakter Positif Dia menuturkan, saat ini total ketersediaan pesawat yang dimiliki maskapai hanya 50% dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Kurangnya pasokan pesawat ini merupakan konsekuensi dari pemulihan industri penerbangan yang masih terus berjalan. Adita melanjutkan, kelangkaan pesawat ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga secara global. Di sisi lain, permintaan masyarakat terhadap penerbangan akan mengalami kenaikan pada periode high season seperti Libur Nataru, Lebaran, dan hari libur lainnya. Ketimpangan antara pasokan dan permintaan ini membuat maskapai cenderung mematok tarif tiket pesawat mendekati tarif batas atas (TBA) yang telah diatur Kemenhub. "Memang kecenderungannya ketika high season seperti mudik Nataru, demand akan naik. Ketika supply and demand-nya tidak seimbang, ini menjadi penyebab mengapa maskapai menaruh harga [tiket pesawat] di dekat TBA-nya," tandasnya. (*)
Kategori :