Padahal setidaknya ada 3 tipe profil risiko, yakni tipe konservatif (penghindar risiko/risk averse), moderat dan agresif (penyuka risiko/risk taker).
3. Dengan Pilih investasi yang cocok
Apabila kita merupakan investor pemula, reksadana pasar uang cocok untuk dipilih.
Hal ini karena, risikonya rendah dan nilai investasi kita cenderung stabil.
Selain itu, reksadana pasar uang berisikan aset deposito dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun.
BACA JUGA:Hati-Hati! FOMO Bisa Bikin Keuangan Kamu Berantakan!
BACA JUGA:Mengenal Apa Itu Hyper-Fatigue, Penyebab serta Cara Mengatasinya, Capeknya Kebangetan!
Di samping reksadana pasar uang, Surat Berharga Negara (SBN Riteljuga layak dipertimbangkan.
Padahal di tengah potensi kenaikan suku bunga acuan saat ini, maka SBR011 sangat menarik dan imbalannya biasanya jauh di atas deposito.
Jika kita sudah mulai mahir dalam berinvestasi, instrumen investasi lain dengan risiko lebih tinggi bisa dicoba.
Misalnya seperti, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham.
Pasalnya tiga jenis reksadana ini cocok untuk investor dengan profil risiko moderat - agresif dengan jangka waktu investasi 3-5 tahun.
BACA JUGA:16 PSN Baru Dibangun tanpa Membebani Keuangan Negara
BACA JUGA:Sistem Keuangan Indonesia di Tengah Tensi Tinggi Geopolitik
Di samping itu, investor juga bisa mempertimbangkan untuk berinvestasi di emas batangan atau logam mulia.
Sebab baik reksadana, SBN Ritel dan emas, sama-sama merupakan instrumen investasi yang layak dipertimbangkan untuk mengalahkan inflasi.