Cerpen : Erna Wiyono
“Adakala semesta menjadi pendengar yang baik dari buku-buku perjalanan hidup kita, ia menyediakan sepasang tangan untuk memeluk, sepasang telinga untuk mendengar tanpa mengeluarkannnya kembali dari kuping kiri, ia menjadi jembatan bagi kasih Tuhan dengan ciptaan-ciptaanNYA.”
Sekarang semuanya terasa mudah, ini bukan tentang efek kemoterapi lagi, tapi saat Tuhan benar-benar ingin aku kembali kepada-Nya.
Menghilang tanpa jejak, tetapi bisa kembali lagi ke planet Bumi. Kau tahu, ada banyak bebek-bebek yang nampak diam, namun mereka menyimak perbincangan antara kita.
"Apa?"
"Kau merasakan itu?"
BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN
BACA JUGA:Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular
"Tentang?"
"Panggilan-Nya."
"Tidak bisa aku katakan, dan terlalu sukar untuk bicara, namun aku mengerti intinya."
"Kau takut?"
"Tidak... sama sekali tidak, karena sudah masanya tiba."
Ada banyak celoteh, lalu kawanan burung-burung yang memperebutkan gadis biasa yang menjadi luar biasa, sekembalinya apa yang pernah menjadi atributnya di era lampau.
BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK
BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati