Kamera penjebak (trap camera) pun dipasang pada 32 titik pada kawasan seluas 64 kilometer persegi (km2). Umumnya kamera dipasang pada lokasi tempat banteng berkumpul karena ada kolam atau salt lick dan mineral lick.
Masyarakat lokal menyebutnya sebagai sopanan dan rada. Awalnya populasi banteng kalimantan sempat terhitung hingga angka 30 ekor. Tetapi setelah melibatkan pihak Tropical Forest Conservation Aid (TFCA), rupanya jumlah tersebut susut menjadi 20 ekor saja.
Kendati tersedia cukup pakan dalam jumlah melimpah bahkan mencapai 63 jenis di antaranya bambu, kelakai, hingga paku-pakuan, banteng kalimantan tetap menghadapi beberapa ancaman terutama perburuan oleh manusia.
BACA JUGA: Harimau di Air Sebayur, Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Minta Ini...
BACA JUGA:KABAR Duka! Personil Polhut Penyelia Seksi Konservasi Wilayah I Meninggal saat Patroli
Sebab, sebagai kawasan nonkonservasi, setiap orang bisa bebas masuk dan keluar kawasan hutan Belantikan Hulu. Selain itu kegiatan penebangan pohon dan pembukaan lahan baru turut menambah penderitaan salah satu mamalia besar Pulau Kalimantan tersebut.
Tindakan seperti disebutkan tadi membuat ruang gerak kawanan banteng kalimantan menjadi terbatas sebab mereka kehilangan sumber air minum dan pakan serta lokasi untuk berkembang biak.
Padahal banteng liar adalah spesies mamalia besar paling terancam di dunia dan oleh Lembaga Konservasi Alam Internasional (IUCN) telah dimasukkan ke dalam Daftar Merah (Redlist) dengan status Genting (Endagered).
Artinya, populasi banteng liar berada di ambang kepunahan sangat tinggi jika tidak ada upaya penyelamatan terhadap habitat dan populasinya.
BACA JUGA:Embung di IKN Dukung Konservasi Air dan Ekosistem Hijau, Bukan hanya Estetika
BACA JUGA:Hutama Karya Amankan 2 Kontrak Baru: Pengembangan Sungai Wulan dan Konservasi Pantai Candidasa
Upaya mencegah makin berkurangnya populasi banteng kalimantan terus dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan. Seperti dilakukan Kantor Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng yang menggandeng Yayorin.
"Kami selalu berdampingan dengan Yayasan atau LSM yang bergerak di konservasi lingkungan dalam melakukan riset dan kampanye," ucap Kepala Kantor SKW II Pangkalan Bun Dendi Sutiadi seperti dikutip Antara.
Terbitkan Aturan
Sejak 2019, mereka secara intens melakukan sosialisasi kepada masyarakat di 4 desa seputar kawasan hutan Belantikan Hulu yang meliputi Nanga Matu, Kahingai, Petarikan, dan Bintang Mangalih.
BACA JUGA:Konservasi dan Pariwisata, Mengapa Taman Nasional Komodo Butuh Istirahat?
BACA JUGA:Upaya Konservasi Harimau Sumatra di Era Modern