Kondisi sebaliknya justru terjadi pada banteng kalimantan, subspesies banteng dengan ukuran tubuh terkecil. Jika banteng Jawa jantan memiliki panjang tubuh berkisar 200 - 240 sentimeter (cm) dan berat maksimal 900 kilogram (kg), maka banteng kalimantan ukurannya tak lebih dari 190 - 225 cm dan berat maksimal 800 kg saja. Hutan lebat di pedalaman Kalimantan merupakan habitat banteng kalimantan.
BACA JUGA: Harimau di Air Sebayur, Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Minta Ini...
BACA JUGA:KABAR Duka! Personil Polhut Penyelia Seksi Konservasi Wilayah I Meninggal saat Patroli
Termasuk, di kawasan konservasi Taman Nasional Kutai (Kalimantan Timur) dan Taman Nasional Kayan Mentarang (Kalimantan Utara).
Banteng itu juga dapat ditemui pada hutan nonkonservasi di Belantikan Hulu, Kalimantan Tengah. Sejumlah literasi menyebutkan, populasi banteng kalimantan jauh lebih sedikit dibandingkan banteng Jawa, bahkan kurang dari 100 ekor.
Hutan Belantikan Hulu letaknya di Kecamatan Belantikan Raya, Kabupaten Lamandau. Tepat di tengah hutan mengalir Sungai Belantikan yang hulunya berada di Pegunungan Schwaner dan menjadi batas alam antara Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Barat.
Lokasi ini antara 2013 hingga 2019 menjadi tempat riset banteng kalimantan bagi para peneliti sumber daya hayati dan bioteknologi dari IPB University dan Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin).
BACA JUGA:Embung di IKN Dukung Konservasi Air dan Ekosistem Hijau, Bukan hanya Estetika
BACA JUGA:Hutama Karya Amankan 2 Kontrak Baru: Pengembangan Sungai Wulan dan Konservasi Pantai Candidasa
Desa Nanga Matu yang berada di pesisir selatan Kalteng dan berada paling hulu merupakan salah satu titik pengamatan banteng kalimantan.
Seperti umumnya desa lain di sepanjang aliran Sungai Belantikan, kawasan hutan Desa Nanga Matu merupakan hutan produksi (HP). Pegiat konservasi dari Yayorin, Edy Santoso seperti dikutip dari website resminya mengatakan bahwa keberadaan banteng kalimantan di Belantikan Hulu diketahui pertama kali pada 2003.
Bukti Fisik
Riset awal yang digelar pada 2003 mendapati adanya informasi dari masyarakat bahwa ada habitat seperti banteng di dalam hutan desa.
Selanjutnya, pihak Edy menemukan bukti fisik berupa tanduk, kotoran, dan jejak kaki banteng kalimantan itu.
BACA JUGA:Konservasi dan Pariwisata, Mengapa Taman Nasional Komodo Butuh Istirahat?
BACA JUGA:Upaya Konservasi Harimau Sumatra di Era Modern
Bersama para peneliti IPB University, mereka kemudian bergerak untuk mengtahui jumlah populasi banteng kalimantan.