RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Indonesia akhirnya resmi bergabung menjadi mitra dari blok Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan atau BRICS, setelah tertunda pada masa Presiden RI ke-7 Joko Widodo.
Di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, muncul pertanyaan: apakah mata uang yang diusulkan oleh BRICS dapat menggantikan dollar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia?
Artikel ini akan membahas potensi dan tantangan yang dihadapi mata uang BRICS dalam upaya tersebut.
BRICS dibentuk sebagai forum untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan politik di antara negara-negara anggotanya.
BACA JUGA:BI-Bank Sentral UEA Dorong Transaksi Mata Uang Lokal
BACA JUGA:Berikut Beberapa Deretan Negara yang Tidak Memiliki Mata Uang Sendiri dan Jarang Diketahui
Kelompok ini mewakili lebih dari 40% populasi dunia dan sekitar 25% dari produk domestik bruto global.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan antara negara-negara barat dan timur, BRICS berupaya menciptakan sistem moneter yang lebih multipolar, yang akan mengurangi ketergantungan pada dollar AS.
Rencana Mata Uang BRICS
Dalam beberapa tahun terakhir, BRICS telah mengisyaratkan niat untuk menciptakan mata uang bersama yang dapat digunakan dalam perdagangan antarnegara anggota.
Usulan ini muncul sebagai respons terhadap dominasi dollar dalam transaksi internasional, yang sering dianggap sebagai alat politik oleh AS.
BACA JUGA:BI Tarik Pecahan Mata Uang Rupiah dari Peredaran. Ini Daftarnya
BACA JUGA:BI-Bank Sentral UEA Dorong Transaksi Mata Uang Lokal
Beberapa pemimpin BRICS berpendapat bahwa mata uang baru ini dapat meningkatkan stabilitas ekonomi dan mengurangi risiko yang dihadapi negara-negara berkembang.
Potensi Mata Uang BRICS
Diversifikasi Cadangan Devisa:
Banyak negara kini berupaya untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka dan mengurangi ketergantungan pada dollar.