Jenis Sapi Ini Diklaim Tak Mudah Dijangkit Jembrana
Ilustrasi-net-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Virus jembrana, masih menjadi persoalan prinsip dalam lingkungan bisnis peternakan. Khususnya, pada daerah-daerah penghasil ternak yang masuk dalam kategori mamalia ini.
Hanya saja, sejak kemunculan virus jembrana ini, tidak seluruh jenis sapi terpapar penyakit yang mematikan ini. Ciri khas dari paparan virus ini adalah menyerang organ vital hewan.
Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Bengkulu Utara, Juita Abadi, saat dibincangi perihal kasus jembrana di daerah, menyampaikan hasil temuan-temuan dan catatan, sejalan laju kasus jembrana di Indonesia.
Dia membenarkan, berdasarkan pengalaman selama penanganan pandemi virus hewan yang sempat menjadi wabah sekub nasional ini, hanya menyerang pada jenis-jenis sapi lokal.
BACA JUGA:Gaji Perangkat hingga BPD 45 Desa Nyendat? Ini Penyebabnya
BACA JUGA:Jarang Diketahui, Bukan Sekedar Ikan Biasa ! Ini Sederet Khasiat Dari Ikan Patin
Penegasan Juita ini pun praktik memberikan kabar baik, bagi kalangan peternakan sapi yang menjadi salah satu klaster ekonomi tahunan nasional di Indonesia.
"Jembrana cenderung sering menyerang jenis sapi bali. Itu berdasarkan catatan kita," kata Juita di kantornnya. Walaupun, birokrat senior di bidang pertanian ini, tidak menyebutkan secara eksplisit sumber penegasannya.
Kasus jembrana, kata dia, selain dapat ditangani dengan langkah penyembuhan ini, tapi acap dihadapkan dengan kasuitik di sektor pemahaman masyarakat.
Dengan artian, tak jarang terjadi ketika sapi mengalami prilaku tidak sehat, seperti demam, mencret yang terus memburuk dengan tanda menurunnya nafsu makan, cenderung tidak dilaporkan pada petugas.
BACA JUGA:Tidak Perlu Tunggu Hingga Rusak ! Ini Waktu Ideal Untuk Mengganti Sikat Gigi
BACA JUGA:Mengungkap Mitos Dibalik Asam Jawa
Ungkapan yang disampaikan Juita pun, praktis menegasi persoalan mitigasi yang pula perlu dilakukan perbaikan oleh pemerintah sebagai tata kelola di sektor peternakan nasional.
"Karena begitu sakit, tak jarang peternak langsung menjualnya. Ini yang terjadi. Padahal, semestinya tidak begitu. Kami pun, menegasi kepada petugas di lapangan untuk menyikapi persoalan ini," terangnya.