Subak, Sistem Irigasi Sarat Filosofi dari Bali
Museum Subak di Bali. Menyimpan aneka ragam artefak tentang sistem pengairan subak yang digunakan oleh masyarakat di Bali. -IST-
Berdasarkan Peraturan Daerah Bali nomor 02/PD/DPRD/1972, subak didefinisikan sebagai masyarakat hukum adat di Pulau Dewata yang bersifat sosio-agraris yang secara historis sudah ada seak lama dan terus berkembang sebagai organisasi penguasa tanah dalam bidang irigasi bagi persawahan di Bali.
Subak berlandaskan pada asas paras-paros sarpa naya selulung subyan taka yang berarti saling memberi dan menerima.
BACA JUGA:Perokok Aktif di Indonesia Kian Melonjak Hingga Tembus 70 Juta Orang, Mayoritas Anak Muda
BACA JUGA:Jelang Pilkada, Wabup Arie Dapat Amanah Penting, Elektabilitasnya Juga Melambung
Sumber air untuk subak dapat berasal dari hujan, sungai, air bawah tanah dan danau. Air akan dialirkan melalui saluran kecil menuju ke sebuah air terjun dan ditampung pada sebuah bendungan yang di ujungnya terdapat sebuah terowongan.
Nantinya terowongan tersebut mengalirkan air bawah tanah menuju persawahan.
Untuk mempertahankan kelestarian dan sebagai sarana edukasi bagi generasi ke depan terkait subak, Gubernur Bali periode 1978-1988 Ida Bagus Mantra menggagas didirikannya Museum Subak yang berlokasi di Desa Sanggulan, Kabupaten Tabanan.
Kabupaten yang terletak sekitar 35 kilometer sebelah barat ibu kota Denpasar itu dipilih sebagai lokasi Museum Subak karena memiliki jumlah subak terbanyak dan areal pertaniannya sangat luas serta lumbung padi bagi Provinsi Bali.
BACA JUGA:Waduh,! Perkara BUMDes Berangan Mulya Makin Panas
BACA JUGA:Penuhi Syarat Ini Untuk Usulan Pencairan Dana Desa Tahap II
Museum Subak diresmikan oleh Ida Bagus Mantra pada 13 Oktober 1981 silam dan memiliki 250 koleksi alat pertanian tradisional seperti alat yang difungsikan untuk pembukaan lahan hingga menjadi nasi yang siap untuk dimakan.
Terdapat pula patung Dewi Sri yang merupakan simbol dewi padi atau dewi kesuburan.
Selain patung Dewi Sri, ada pula patung Rare Angon yang merupakan manifestasi Dewi Siwa yang turun ke Bumi untuk mengajarkan petani bagaimana cara bercocok tanam yang baik.
Ada juga replika pembagian dari air irigasi menggunakan alat yang disebut sebagai tembuku atau sekat ukur tetapi dalam bentuk yang sederhana.
BACA JUGA:Samakan Persepsi GWPP