Koh Panyee, Kampung Terapung di Thailand yang Dihuni Muslim Asal Jawa
Koh Panyee, Kampung Terapung di Thailand yang Dihuni Muslim Asal Jawa. -tourismthailand.org-
Berkat 3 keluarga nelayan yang menemukan tempat ini dan memutuskan untuk menetap disana terbentuklah sebuah desa yang lengkap dengan hampir semua fasilitas yang dimiliki oleh desa-desa lain.
Hal pertama yang dibangun oleh penduduk Koh Panyee saat itu adalah sumur air tawar serta masjid. Dan saat ini desa Koh Panyee juga memiliki satu sekolah dimana anak-anak memiliki kelas dan menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
BACA JUGA:Usulan BPBD Perbaikan Infrastruktur Ke BNPB Masih Abu-abu
BACA JUGA:May Day, Mahasiswa dan Buruh Turun ke Jalan
Desa ini juga memiliki rumah sakit, kuburan, pasar, toko, musium kecil, restoran dan tentu saja peternakan ikan bahkan saat ini desa Koh Panyee juga memiliki sebuah hotel sederhana.
Bagian tengah desa Koh Panyee terdiri dari beton yang menghubungkan lusinan toko souvenir kecil dan membentuk labirin sempit yang mengarah kerumah-rumah penduduk.
Jaringan jalan setapak dan toko-toko kecil semuanya menjual kaos, batik dan barang-barang yang terbuat dari kerang.
Dan salah satu bagian paling menarik dari desa terapung ini adalah adanya 3 lapangan sepakbola terapung. Lapangan sepakbola terapung tersebut dibangun setelah piala dunia 1986 yang terbuat dari kayu.
BACA JUGA:Wadaw! Sabtu Ini Listrik di Mukomuko Padam Lagi
BACA JUGA:Duhh, Ada Kabar Kurang Baik Soal 2,3 Juta Formasi ASN, Tes CASN 2024 Ditunda?
Warga Koh Panyee berupaya secara kolektif untuk menciptakan ruang rekreasi dan permainan, sehingga terciptalah lapangan sepakbola yang menantang tantangan geografis dilokasi tersebut.
Dimasa lalu sebagian besar penduduk desa ini hidup dengan memancing dan menjaring ikan namun saat ini pariwisata juga telah menjadi sumber pendapatan yang berkembang.
Sayangnya saat ini, hanya generasi tua di desa Koh Panyee yang masih menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan generasi muda telah beralih menggunakan bahasa Thailand. Dan saat ini perluasan wilyah di desa ini sudah tidak lagi memungkinkan, karena itu untuk generasi mendatang mereka harus mencari tempat tinggal didaratan. (*)