Ojo Adigang, Adigung, Adiguno

--

Oleh: Wahyudi

RADAR UTARA - Adigang dengan Simbol Gajah, yang melambangkan sombong dengan dirinya yang besar dan tinggi. Jadi pitutur atau kata adigang mengingatkan kita untuk tidak sombong dengan harta, tahta juga kuasa yang kita miliki. Pada intinya, petuah ini mengingatkan kita semua akan fitrah seorang manusia yang lemah dan akan selalu lemah di hadapan sang pencipta.

Satu hal yang harus kita ingat, bahwa buruknya watak atau sifat adigang ini, sampai tidak pernah ada ketentraman baik diri yang menyandang watak, terlebih untuk orang lain. Jadi untuk mengkikis adigang hanya dengan nandur lelabuhan (menumbuhkembangkan pengabdian) dalam artian, pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa dan pada kehidupan kita di tengah masyarakat.

Selanjutnya, ada kata Adigung dengan membawa simbol ular yang menyombongkan upas atau bisanya atau senjata berupa racun. Ini menjadi nasehat pada kita semua, untuk tidak sombong pada ilmu yang kita miliki sekalipun kita termasuk kaum intelektual yang kondang seantero jagat raya ini. Para pini sepuh/sesepuh/ajisepuh (orang berilmu red) juga selalu mengajarkan pada kita untuk meniru tabiat padi ; semakin berisi, maka akan semakin merunduk.

Saking buruknya watak adigung ini, sampai agama yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia juga mengajarkan akan bahaya sombong, lantaran ilmu. Yang jelas, petuah adigung menasehati kita bahwa ilmu tidak untuk berkompetisi, sehingga kita bisa dengan arif dan bijak dalam menggunakan ilmu atau pengetahuan yang kita miliki.BACA JUGA:Di Balik Bidal

Terakhir, adalah nasehat tentang Adiguno dengan simbol kijang. Simbol ini mengartikan manusia yang sombong dengan keterampilannya. "Kalau tidak ada aku, maka tidak akan jadi seperti ini", itu adalah sedikit dari contoh kalimat seperti ini cerminan dari watak Adiguno. Jika watak ini melekat pada diri kita, hendaknya kita kembali kepada hakikat manusia, dimana kita hanya diberikan kuasa untuk mbudidoyo (berusaha), soal hasil itu kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Mudah-mudahan ada atri dari tulisan ini, dan berkali-kali kami mohon maaf jika terjadi salah penafsiran. Semoga kita dapat manggih rahayu wilujeng (menemukan kebahagiaan yang berkah) dalam mengarungi hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan