Program Makan Bergizi Gratis Butuh Dukungan Produksi Lokal
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Mukomuko, Elxsandi Ultria Dharma-Radar Utara/ Wahyudi -
MUKOMUKO, RADARUTARA.BACAKORAN.CO – Pemenuhan kebutuhan pangan untuk menyukseskan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Mukomuko hingga kini masih menghadapi persoalan mendasar. Dari lima Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah berjalan, sebagian besar bahan pangan strategis justru masih dipasok dari luar daerah.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko, Elxsandi Ultria Dharna, menegaskan bahwa ketergantungan tersebut terjadi karena ketersediaan bahan pangan di tingkat lokal masih sangat terbatas, terutama untuk komoditas utama seperti telur, ayam potong, bawang, dan sejumlah bahan pangan lainnya yang menjadi menu wajib dalam program MBG.
“Untuk saat ini, bahan pangan hewani dan beberapa komoditas penting masih didatangkan dari luar daerah. Kondisi ini tidak ideal jika program MBG ingin berjalan berkelanjutan dan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat lokal,” tegasnya.
Ia mengakui, berbeda dengan komoditas sayuran. Pasokan sayuran hijau seperti bayam, kangkung, dan beberapa jenis sayuran lainnya masih mampu dipenuhi dari dalam daerah. Petani lokal dinilai masih sanggup memenuhi kebutuhan sayuran untuk mendukung operasional SPPG yang ada.
BACA JUGA:Link MBG PLN, Jangan Diklik, Penipuan!
BACA JUGA:Distribusi MBG Capai 3 Juta Penerima, Presiden Prabowo Siapkan Dukungan Tambahan
Namun demikian, Elxsandi menilai ketimpangan antara pasokan sayuran dan bahan pangan hewani menjadi catatan serius. Jika tidak segera dibenahi, peluang besar dari program nasional MBG justru akan dinikmati daerah lain, sementara masyarakat Mukomuko hanya menjadi penonton di wilayahnya sendiri.
“Program MBG ini bukan hanya soal pemenuhan gizi anak-anak. Ini juga peluang ekonomi yang sangat besar. Sayangnya, jika bahan pangan terus bergantung dari luar, maka perputaran ekonomi juga lari keluar daerah,” ujarnya.
Dinas Ketahanan Pangan secara terbuka mendorong masyarakat untuk mulai menangkap peluang ini dengan serius. Usaha peternakan ayam petelur, ayam potong, hingga pengembangan komoditas pangan lainnya dinilai sangat prospektif karena memiliki pasar yang jelas dan berkelanjutan.
Menurut Elxsandi, kebutuhan pangan untuk MBG bersifat rutin dan terjadwal. Artinya, siapa pun masyarakat yang mampu memproduksi bahan pangan sesuai standar, akan memiliki peluang pasar yang stabil dan jangka panjang.
“Ini kesempatan nyata. Kami berharap masyarakat tidak ragu untuk menekuni usaha peternakan dan produksi pangan lokal. Pemerintah daerah tentu siap mendorong dan memfasilitasi sesuai kewenangan,” tegasnya.
BACA JUGA:Serapan Produk Perikanan untuk MBG Diproyeksi Meningkat
BACA JUGA:Dorong SPPG Provinsi Percepat Pembangunan Dapur MBG di Pelosok
Ia juga menekankan, keberhasilan program MBG tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah semata. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha agar Mukomuko mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan.