Dari Odisha hingga Jepara, Keturunan Kalingga di Nusantara

Candi Kalasan Yogyakarta-bakpiamutiarajogja.com-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Benudhar Patra adalah pengajar dan peneliti sejarah dari Universitas Chandigarh, Punjab, India. Dia banyak menulis tentang kajian Sejarah Orissa atau Odisha Kuno.
Orissa adalah salah satu wilayah di India Utara dekat Kalkuta yang pada lima ratus tahun pertama Masehi lebih dikenal dengan nama Kalinga.
Kalinga dalam makalah Benudhar Patra yang berjudul Maritime Contacts of Kalinga with Java, adalah salah satu kerajaan di India pada masa pra-Islam, yang menjalin kontak intensif dengan negeri-negeri kepulauan Nusantara.
Hampir di semua pulau besar Nusantara, Kalinga mempunyai jejak peninggalannya. Dari Sumatra, Jawa, Bali, hinga Borneo (Kalimantan) semuanya mempunyai jejak-jejak peninggalan Odisha.
BACA JUGA:Pesona Mistis di Situs Warisan Dunia Candi Prambanan
BACA JUGA:Warisan Kemegahan Kesultanan di Kalimantan Timur
Pedagang-pedagang Odisha atau Kalinga pada masa itu adalah yang pertama kali menyebut wilayah Nusantara sebagai Suvarnadvipa alias Pulau Emas.
Berita-berita dari pedagang-pedagang Odisha ini yang kemudian berkembang menjadi dongeng dari mulut ke mulut melalui jalur-jalur perdagangan kuno. Konon dongeng itu sampai ke ujung barat benua besar dan dikenal dengan nama El Dorado.
Koloni Kalinga
Beberapa peneliti sejarah India senior seperti RD Banarjee dan RK Mookerji, adalah peneliti yang banyak menulis tentang sejarah "India Kolonial".
Sejarah pada kisaran awal Masehi yang mencatat berkembangnya kekuasaan dan kebudayaan India sampai wilayah-wilayah terjauh di Timur dan Tenggara. Salah satu yang mengembangkan kekuatan armada laut besar pada masa itu adalah Kerajaan Kalinga.
BACA JUGA:Misteri Pulau Tunda, Banten, Pesona dan Kisah Angker yang Menyergap
BACA JUGA:Menyusuri Keangkeran Goa Jepang di Yogyakarta yang Menyimpan Misteri di Balik Keindahan Alamnya
RK Mookerji mencatat beberapa hal penting dalam sejarah penguasaan kolonial India adalah ketika orang-orang Kalinga menduduki Pulau Jawa. Mookerji memperkirakan bahwa hal itu terjadi pada sekitar tahun 75 masehi.
Penanggalan ini bersesuaian dengan tradisi sejarah lokal di Pulau Jawa yang memperkirakan kedatangan orang mulia dari luar alias Aji Saka atau Adi Saka pada perkiraan tahun 78 penanggalan Romawi atau penanggalan Kristen.