Mengungkap 5 Mitos Mengenai Kesetaraan Gender yang Kerap Disalahpahami

Mengungkap 5 Mitos Mengenai Kesetaraan Gender yang Kerap Disalahpahami-pexels.com/Alexander Suhorucov-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Apakah anda pernah dengar kata-kata seperti Pria harus kuat, perempuan harus lemah lembut atau Perempuan nggak cocok jadi pemimpin?
Apalagi, mitos-mitos seperti ini sering banget muncul dalam obrolan sehari-hari, padahal belum tentu benar! Kesetaraan gender masih jadi topik yang sering disalahpahami, dan banyak anggapan keliru yang justru bikin kita mundur selangkah dari kemajuan.
Pada artikel kali ini, kita bakal kupas beberapa mitos tentang kesetaraan gender yang mungkin pernah kamu dengar, plus fakta sebenarnya di baliknya. Mari kita, kita bahas bareng!
Mitos Kesenjangan Gaji Berdasarkan Gender Itu Nggak Ada
BACA JUGA:Ternyata Inilah 6 Negara Terbaik dalam Hal Kesetaraan Gender, Mana Saja? Cek Selengkapnya Disini!
BACA JUGA:Hari Kartini 2024, Momentum Kesetaraan dan Kemajuan Pendidikan Indonesia
Terdapat banyak yang bilang kalau kesenjangan gaji antara pria dan perempuan itu cuma mitos.
Namun sebagian besar beranggapan bahwa selama seseorang punya keterampilan yang sama, gaji yang diterima pasti setara, terlepas dari gender. Tapi, apakah benar kenyataannya seperti itu?
Merangkum dari HR News, kesenjangan gaji berbasis gender itu masih nyata terjadi di banyak negara.
Misalnya seperti, di Inggris, rata-rata perempuan dibayar 15,4% lebih rendah dibanding laki-laki.
BACA JUGA:Bagi Para Wanita Tidak Perlu Ragu Lagi Konsumsi Buah Alpukat ! Ini Manfaatnya Bagi Kesehatan Wanita
BACA JUGA:Para Wanita Wajib Tau, Ini Dia Beberapa Ciri-ciri Miss V Berjamur Yang Perlu Diwaspadai
Tapi, di banyak sektor, terutama di posisi manajerial dan kepemimpinan, perempuan sering kali menerima bayaran lebih rendah meskipun memiliki pengalaman dan keahlian yang sama.
Mitos Perempuan Kurang Percaya Diri untuk Naik Jabatan
Terdapat banyak yang percaya kalau perempuan nggak naik jabatan karena mereka kurang percaya diri, padahal, faktanya nggak sesederhana itu.
Kendati punya skill yang mumpuni, percaya diri, dan siap naik level, tapi tetap saja perempuan sering dianggap nggak cukup layak untuk naik jabatan, selain itu, standar buat perempuan juga lebih tinggi.