Mukomuko Banyak Buaya, Jangan Diternak!
Pintu Air Irigasi Bendungan Air Manjunto-Radar Utara-Pintu Air Irigasi Bendungan Air Manjunto
MUKOMUKO RU - Rencana Pemerintah Desa (Pemdes) Padang Gading, Kecamatan Sungai Rumbai akan melaksanakan kegiatan penangkaran buaya air tawar. Penangkaran itu sebagai bentuk perlindungan terhadap buaya serta untuk mewujudkan destinasi wisata baru di Kabupaten Mukomuko. Namun rencana itu kurang mendapat dukungan dari sebagian warga.
Alasanya, wilayah Kabupaten Mukomuko sudah banyak buaya. Bahkan sudah ada sejumlah warga menjadi korban keganasan reptil ini. Selain banyak buaya, daerah Kabupaten Mukomuko juga masuk dalam zona merah bencana alam gempa dan tsunami serta banjir. Baik yang disebabkan luapan air sungai maupun luapan air parit.
Warga mengkhawatirkan, ketika terjadi bencana tsunami atau banjir. Tentu buaya itupun akan berserak keluar dari kolam karena air meluber dan atau tanggul kolam jebol. Kondisi itu, tentu akan menjadi ancaman tersendiri bagi masyarakat.
"Itu sebabnya, saran saya jangan memelihara buaya di wilayah Kabupaten Mukomuko. Karena daerah kita rawan gempa dan tsunami. Kalau sempat banjir atau tsunami, air meluber dan jebol bisa menambah ancaman bagi keselamatan manusia di sekitar pemukiman yang terdekat. Kalau bisa memelihara hewan yang bisa bermanfaat bagi kehidupan kita," saran Mulyono.
Sebelumnya, Pemdes Padang Gading Kecamatan Sungai Rumbai. Mengusulkan membuat penangkaran buaya. Menggunakan Dana Desa (DD) tahun 2024 mendatang. Terkait usulan tersebut juga telah disampaikan ke Kementerian desa pembangunan daerah tertinggal transmigrasi (KDPDTT) atau Kemendes.
BACA JUGA: Tanggul Irigasi Jebol Bakal Dibangun Permanen
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Mukomuko, Jodi S.Pd membenarkan. Usulan tersebut bisa membantu mengkonservasi buaya air tawar di wilayah tersebut. Selain itu juga tentunya penangkaran tersebut dapat menjadi destinasi wisata yang mendatangkan pengunjung dan pendapatan asli desa.
"Kami sangat mendukung jika desa bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki. Sehingga diharapkan dapat menambah pendapatan bagi desa," katanya.
Jika memang memungkinkan, tidak menutup kemungkinan penangkaran tersebut. Bisa menghasilkan produk bahan mentah pembuatan asesoris, yang memiliki nilai jual tinggi dan banyak diminati pasar. Maka dari itu Pemdes diharapkan dapat benar-benar mengkonsep penangkaran seperti apa yang diinginkan.
"Kulit Buaya ini memiliki potensi menjadi bahan baku pembuatan tas, sepatu, dompet dan lain-lain. Namun desa harus tau dulu penangkaran seperti apa yang akan mereka bikin. Jangan sampai nanti menyalahi aturan," terangnya. (rel)