Padahal Dulunya Kaya Raya! Inilah 3 Negara yang Terancam Ambruk Secara Finansial, Di mana Saja?
Padahal Dulunya Kaya Raya! Inilah 3 Negara yang Terancam Ambruk Secara Finansial, Di mana Saja? -Unsplash/Jim Romero-
Lebanon
Kemudian krisis keuangan Lebanon yang berlangsung sejak 2019 telah memperburuk kondisi negara ini dan memberikan dampak yang sangat serius.
Hal ini karena, dengan keruntuhan sistem perbankan dan pengelolaan keuangan yang buruk oleh pemerintah mendorong nilai mata uang lokal, Lira Lebanon, anjlok hingga hampir 90 persen dari nilai aslinya.
BACA JUGA:TA 2025, Alokasi Belanja Negara di Bengkulu Turun Rp 617,5 M
BACA JUGA:Indonesia Nomor Berapa? Inilah Deretan Negara - Negara Paling Hits Dikunjungi Turis di Tahun 2024
Di mana negara ini akhirnya terperangkap dalam utang besar yang makin sulit untuk dilunasi.
Selain itu, pemerintah Lebanon yang sebelumnya bergantung pada pinjaman internasional dan bantuan asing, kini menghadapi krisis likuiditas yang parah.
Apalagi devaluasi mata uang menyebabkan harga barang-barang pokok meroket, sementara itu, warga Lebanon yang menyimpan uang dalam bentuk dolar di bank, kini hanya dapat mengakses sebagian kecil dari saldo mereka.
Apalagi akibat ambruknya ekonomi negara Lebanon ini telah mengarahkan mereka pada kemiskinan yang meluas dan pemotongan subsidi-subsidi penting, termasuk bahan bakar dan obat-obatan.
BACA JUGA:Islandia, Menjadi Satu-satunya Negara di Dunia yang Tidak Ada Nyamuk, Kok Bisa?
BACA JUGA:Tsk Korupsi Dana Desa, Mantan Kades di Bengkulu Ini, Diduga Rugikan Negara Rp373 juta
Selain itu, ketidakmampuan pemerintah untuk melakukan reformasi yang mendasar memperburuk ketidakpastian masa depan negara dan makin meningkatkan ketegangan sosial serta politik di Lebanon.
Argentina
Lalu ada Argentina yang kembali menghadapi kesulitan besar dalam melunasi utangnya, sebuah masalah yang sebenarnya telah berulang selama beberapa dekade.
Sebab pada 2023, pemerintah di bawah kepemimpinan Javier Milei mengidentifikasi kondisi ekonomi yang sangat kritis dengan inflasi yang melambung tinggi hingga mencapai angka lebih dari 140 persen dan defisit anggaran yang sangat besar, yakni mencapai sekitar 10 persen dari PDB.