Jelang Nataru dan Ramadan, Ini Anatomi Inflasi di Bengkulu Bulan Oktober
Jelang Nataru dan Ramadan, Ini Anatomi Inflasi di Bengkulu Bulan Oktober -Radar Utara/Benny Siswanto-
Kemungkinan kuat lonjakan permintaan yang akan berimbas dengan hukum pasar, pemerintah secara berjenjang sudah harus memiliki mitigasi dalam meneropong kemungkinan-kemungkinan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Bengkulu Utara, Sabani, SH, saat dikonfirmasi RU menjelaskan, sejauh ini langkah improvisasi memutus rantai distribusi beberapa kebutuhan pokok yang telah dilakukan, masih diyakini ampuh untuk tetap dilanjutkan akhir tahun hingga awal tahun.
BACA JUGA:GPM Bapanas di Bengkulu Utara : Jaga Daya Beli Masyarakat, Kendalikan Inflasi
BACA JUGA:Antisipasi Kenaikan Inflasi Jelang Akhir Tahun
"Sejauh ini, improvisasi yang sebelumnya sudah dilakukan masih cukup efektif," kata Sabani, belum lama ini.
Program yang sudah mendapatkan kepastian, disampaikan juga oleh Sabani. Tepatnya, kembali digulirkannya program bantuan pangan untuk periode Januari dan Februari.
Itu artinya, daerah ini masih akan kembali diguyur bantuan beras sebanyak 352 ton perbulannya. Sabani menjelaskan, pola distribusinya masih melibatkan Bulog.
"Untuk Bapang, kuotanya masih sama," bebernya.
Inflasi di Bengkulu Bulan September
BACA JUGA:Apakah Turunnya Harga BBM Non-Subsidi Memberikan Efek Terhadap Inflasi dan Daya Beli Masyarakat?
BACA JUGA:Inflasi Terkendali, Daya Beli, Ekspor dan NTP Diklaim Naik
Paparan data BPS atas laju inflasi Provinsi Bengkulu, ketika dilakukan pendetilan mendapati beberapa komoditas yang paling memantik inflasi.
Lembaga penyuguh data pemerintah itu menjabarkan, sigaret kretek mesin memberikan andil 0,27 persen, disusul emas perhiasan 0,23 persen, daging ayam ras 0,17 persen, sigaret kretek tangan 0,13 persen serta beras 0,10 persen.
Turut dijelaskan juga, komoditas yang dominan memberikan deflasi. Dijabarkan, cabe merah dengan -0,52 persen, bensin -0,13 persen, ikan tongkol/ikan ambu-ambu -0,05 persen, telur ayam ras -0,04 persen serta air kemasan -0,03 persen.