Penggerak Inklusi dan Pertumbuhan
Seorang warga bertransaksi melalui aplikasi mobile banking untuk pembayaran di Jakarta. Ekonomi digital Indonesia kini tidak hanya tumbuh secara kuantitatif, melainkan juga berkontribusi pada pengurangan kesenjangan sosial-ekonomi.-ANTARA FOTO-
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penetrasi internet di Jakarta mencapai 84,7 persen, tetapi di Papua hanya 26,3 persen.
Selain itu, rumah tangga di perkotaan memiliki penetrasi internet 90,9 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan yang hanya 80,5 persen.
BACA JUGA:Pendorong Utama Pertumbuhan Ekonomi yang Stabil
BACA JUGA:Konflik Global Terus Memanas, Benarkah Ekonomi Dunia Terancam Lumpuh di Tahun 2025?
Selain itu, indeks literasi keuangan Indonesia pada 2024 masih berada di angka 65,4 persen, yang menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang belum memahami secara menyeluruh cara memanfaatkan layanan keuangan digital meskipun sudah memiliki akses. Kesenjangan ini menjadi perhatian dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2024 di Peru.
Adalam Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono yang menyoroti bahwa 1,7 miliar orang di Asia Pasifik tidak memiliki akses internet, dan 70 persen pekerja di negara berpenghasilan rendah tidak memiliki keterampilan digital dasar. “Kolaborasi antarnegara sangat penting untuk menjembatani kesenjangan tersebut,” ujarnya.
Kehadiran Presiden Prabowo Subianto di KTT APEC 2024 menjadi momentum untuk memperjuangkan potensi ekonomi digital Indonesia. Forum ini mengangkat tema "Empowering, Include, Grow", yang menekankan pentingnya inovasi digital dan konektivitas inklusif.
Prabowo membawa misi untuk memastikan bahwa ekonomi digital Indonesia tidak hanya tumbuh secara kuantitatif, melainkan juga berkontribusi pada pengurangan kesenjangan sosial-ekonomi. Presiden berkomitmen membangun infrastruktur digital yang kuat, meningkatkan inklusi digital, dan memastikan akses teknologi yang adil di seluruh wilayah Indonesia.
BACA JUGA:Pendorongan Baru Ekonomi Rakyat
BACA JUGA:Smelter Bauksit Mempawah Gerakkan Ekonomi Kalimantan Barat
Penggerak Inklusi dan Pertumbuhan
Pandemi Covid-19 telah mempercepat adopsi digital di Indonesia. Transaksi e-commerce diperkirakan melampaui USD130 miliar pada 2025, sementara itu ekonomi digital secara keseluruhan diproyeksikan tumbuh hingga USD360 miliar pada 2030.
Namun, keberhasilan ekonomi digital bukan hanya soal angka. Ada persoalan bagaimana teknologi dapat mengurangi kesenjangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu sektor yang menjadi sorotan, yakni pembayaran digital, yang diproyeksikan tumbuh hingga USD760 miliar pada 2030. Digitalisasi di sektor ini tidak hanya mempermudah transaksi tetapi juga memperluas inklusi keuangan, khususnya di daerah terpencil.
BACA JUGA:Ekonomi Syariah Berperan Penting Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
BACA JUGA:4 Pilar Penting Ekonomi Mikro yang Harus Kamu Ketahui