Neraca Perdagangan Indonesia - Tiongkok Surplus
Menko Marves Ad Interim Erick Tohir dalam Forum Kemitraan Bisnis Indonesia dan Tiongkok ke-4 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).--
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Ad Interim Erick Thohir mengatakan kerja sama strategis dan berkualitas tinggi antara Indonesia dan Tiongkok memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Erick menyebut nilai perdagangan dan investasi dengan Tiongkok meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
"Neraca perdagangan defisit menjadi neraca perdagangan surplus selama 43 bulan terakhir, bahkan mencapai 3 miliar dolar AS pada bulan lalu," ujar Erick dalam Forum Kemitraan Bisnis Indonesia dan Tiongkok ke-4 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Erick menyampaikan forum ini wujud kemitraan strategis komprehensif yang terjalin sejak penyampaian inisiatif 21st Century Maritime Silk Road oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping di Jakarta pada Oktober 2013. Erick mengatakan kemitraan strategis juga berhasil menorehkan sejumlah capaian penting seperti konektivitas infrastruktur, kereta cepat Jakarta-Bandung, hilirisasi industri khususnya critical mineral, serta energi hijau dan transisi energi.
Pemerintah Indonesia, lanjut Erick, mengapresiasi dukungan dari NDRC RRT, BUMN Indonesia dan Tiongkok, perbankan, yang kolaborasi menyukseskan operasional kereta cepat. Dirinya menyebut kerja sama kedua negara juga telah mendorong hilirisasi industri yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
"Kami apresiasi peran investor Tiongkok yang telah menjadi industri pionir, meletakkan fondasi dan membawa perubahan signifikan untuk hilirisasi industri dan pemerataan ekonomi di Indonesia," ucap Erick.
Erick menyampaikan Indonesia juga mendorong peningkatan kerja sama pengembangan berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan, energi, dan kesehatan, mulai dari herbal dan food estate, perikanan, hilirisasi ekonomi biru, penelitian dan observasi laut dalam, pengembangan EBT, bioteknologi, termasuk National Gene Bank dengan BGI.
"Pengembangan talenta, pelatihan vokasi dan kejuruan, didukung dengan kerja sama sains dan teknologi juga sangat penting untuk populasi kedua negara kita yang mencapai 1,7 miliar orang atau lebih dari 20 persen populasi dunia," lanjut Erick.
Erick meyakini kerja sama yang berlandaskan prinsip saling percaya, menghormati, dan menguntungkan akan membuat kedua negara mampu mengoptimalkan keunggulan sumber daya. Hal ini akan membawa manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat kedua negara.
"Sebagai dua negara besar, baik dari segi luas wilayah dan populasi, kerja sama yang berpegang teguh pada prinsip saling menguntungkan ini akan menjadi kerja sama yang jangka panjang dan berkelanjutan," sambung Erick.
BACA JUGA: Anies Baswedan Jadi Capres Pertama yang Kampanye di Bengkulu
Erick pun mengajak para investor dan pimpinan dunia usaha tak sekadar mendorong kinerja industri, melainkan juga ESG, teknologi ramah lingkungan, dan meningkatkan pengembangan riset dan teknologi di Indonesia. Erick menyebut Chairman GEM, Prof. Xu Kaihua, menjadi contoh dengan memberikan beasiswa setiap tahun kepada puluhan mahasiswa Indonesia, mendirikan Lab Hidrometalurgi pertama di dalam kawasan industri dan juga membangun Joint-Lab untuk energi baru dengan ITB dan universitas unggulan lainnya di Indonesia.
"Investasi yang paling berharga adalah investasi kepada manusia. Pembangunan yang paling bermanfaat adalah pembangunan yang berpusat pada pembangunan manusia, pembangunan yang berpusat pada rakyat," kata Erick.
Acara ini turut dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kepala Badan Karantina Indonesia, Ketua China Chambers, Duta Besar RRT untuk Indonesia di Jakarta, Duta Besar RI untuk Tiongkok di Beijing, Staf Khusus Menko Marves Bidang Infrastruktur dan Tekhnologi/Wakil Sekretaris Jenderal I HDCM RI-RRT dan Asisten Daerah II Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sumber : Infopublik.id