SatuDNA: Terobosan Baru Indonesia dalam Farmakogenomik
Upaya melawan kanker dilakukan dengan pendekatan berbasis teknologi dan kolaborasi global, salah satu fokus utamanya dengan riset genomik untuk menghasilkan metode deteksi dini. -ANTARA FOTO-
Bank Data Genomik Indonesia
Kementerian Kesehatan sebelumnya telah resmi meluncurkan portal SatuDNA sebagai kelanjutan dari program Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) yang tahun ini memasuki tahun kedua.
BACA JUGA:Makanan yang Dibakar Bisa Jadi Pemicu Kanker, Bener Gak Sih? Begini Penjelasannya!
BACA JUGA:Dapat Membunuh Sel Kanker, Inilah 5 Manfaat Akar Kuning Bagi Kesehatan Tubuh yang Wajib Anda Ketahui
Budi menyebutkan bahwa implementasi teknologi genomik dalam bidang kesehatan akan sangat bermanfaat sebagai basis data kesehatan di Indonesia.
Peluncuran SatuDNA menandai langkah signifikan dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas diagnosis dan pengobatan, serta memajukan penelitian kesehatan di Indonesia.
“Jadi ke depannya, dari 280 juta penduduk Indonesia akan memiliki data demografi, klinis, dan genomik yang memberikan berbagai peluang dan bermanfaat dalam big data analisis,” kata Budi, pada acara yang bertajuk “Future Directions in Genomics: Setting the Agenda for the Next Decade” Jakarta, seperti dikutip kemkes.go.id.
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta berperan sebagai hub nasional untuk kanker guna mengembangkan profil genomik komprehensif yang ditargetkan selesai tahun ini.
BACA JUGA:Manfaat Tak Terduga Buah Pepaya, Salah Satunya Menurunkan Resiko Kanker!
Portal SatuDNA dibentuk dengan tujuan utama untuk menciptakan "bank data" genomik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan kesehatan di masa depan.
Dalam konteks kesehatan global, genomik telah terbukti memberikan wawasan yang mendalam tentang predisposisi genetik terhadap penyakit, efektivitas obat, hingga terapi personal yang lebih tepat sasaran.
Data genomik dari setiap warga Indonesia ini, lanjut Budi, akan membantu tenaga medis dalam memberikan pengobatan yang lebih akurat, baik dalam diagnosis maupun dalam pemberian terapi yang sesuai dengan profil genetik pasien.
“Program ini memungkinkan dokter untuk mengetahui jenis obat yang paling cocok sesuai dengan kondisi genetik individu, sehingga memudahkan pemberian resep yang tepat dan meminimalkan efek samping,” katanya.