ICD, Perempuan Petani Kopi Serukan Kontribusi dan Kolaborasi

Selasa 01 Oct 2024 - 21:41 WIB
Reporter : Doni Aftarizal
Editor : Ependi

BENGKULU RU - Dalam momentum International Coffe Day (Hari Kopi Internasional) yang diperingati setiap tanggal 01 Oktober, perempuan petani kopi di Bengkulu menyerukan kontribusi dan kolaborasi dari para pihak.

Seruan tersebut tidak lepas dari upaya perempuan petani kopi, yang mengaku masih membutuhkan pemberdayaan dalam membangun Kebun Kopi Tangguh Iklim dan Pangan.

Kebutuhan akan pemberdayaan yang dimaksud tentunya tidak lepas dari fakta, jika kopi merupakan salah satu komoditi vital yang mendongkrak perekonomian di Provinsi Bengkulu.

Di mana areal perkebunan kopi rakyat di Bengkulu, menduduki posisi ketiga secara nasional yang luasnya mencapai 91.776 Hektar (Ha), dengan produksi 61.809 ton. 

BACA JUGA:Meningkatnya Potensi Ekspor Kopi Indonesia Sebagai Peluang Besar di Pasar Global

BACA JUGA:Petani Perempuan 2 Desa di RL, Inisiasi Desa Kopi Tangguh Iklim

Kemudian juga tercatat sekitar 66.499 keluarga di Bumi Raflessia, menggantungkan hidupnya pada budidaya kopi khususnya jenis robusta.

"Hanya saja, di tengah dampak perubahan iklim yang semakin nyata, tantangan dalam menjaga keberlanjutan produksi kopi pun kian meningkat," ungkap Kelompok Perempuan Petani Kopi Desa Batu Ampar Kabupaten Kepahiang, Desmi Yati.

Menurut Desmi, perubahan iklim secara langsung telah mengganggu keseimbangan ekosistem kopi. Ini ditandai dengan menurunnya hasil panen, hama semakin banyak dan biaya perawatan kebun pun membengkak.

"Jadi dampak perubahan iklim itu, bukan hanya dari sisi kuantitas saja, tetapi juga kualitas," kata Desmi.

BACA JUGA:Geliat Ekspor Kopi Sumatera Perlu Permodalan, Bagaimana Evaluasi KUR Pemerintah?

BACA JUGA:Kenaikan Harga Kopi Belum Berikan Dampak Positif Bagi Petani

Ditambahkan perempuan petani kopi Desa Pungguk Meranti, Indrayati, menghadapi fakta perubahan iklim itu, mendorong para perempuan petani kopi untuk bergerak. Pihaknya bersepakat melakukan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, yang diterapkan di setiap kebun kopi. 

"Langkah yang kita ambil diantaranya dengan menerapkan kearifan lokal, seperti pengendalian rerumputan secara manual, pembuatan pupuk dan memanfaatkan mulsa organik, serta membuat tempat penampungan air hujan," paparnya.

Sementara perempuan petani kopi Desa Mojorejo Kabupaten Rejang Lebong, Susilawati menyampaikan, perempuan petani kopi memegang peranan penting dalam setiap tahap produksi kopi, mulai dari penanaman hingga panen. 

Kategori :