ARGA MAKMUR RU - Ledakan air tetiba di jalur sungai, setelah hujan, menjadi ancaman seretan arus sungai. Selain mengancam jiwa, lantaran air bah datang dengan tiba-tiba. Kasus luapan air sungai, tak jauh dari waktu awal turunnya hujan, sekaligus menjadi sinyal persoalan alam.
Dimana, kualitas serapan tanah yang tak lagi normal. Patut diduga, disebabkan oleh kerusakan alam. Seperti perambahan hutan sampai dengan alih fungsi hutan menjadi perkebunan. Pantauan di beberapa daerah, tersiar kabar luapan air bah di jalur sungai sehingga menyebabkan pelancong terjebak. Kasus serupa juga terjadi di daerah Boyolali. Air bah menerjang kawasan penduduk. Setelah hujan mengguyur kawasan itu. Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bengkulu Utara (BU), Eka Hendriyadi, SH, MH. Menyerukan antisipasi yang perlu dilakukan, bahkan diwaspadai masyarakat ketika menjujug tempat-tempat wisata alam. Kondisi pascapanas ekstrem, kata dia, menyebabkan kemunculan rongga-rongga di dalam lapisan tanah sampai dengan menyebabkan kualitas kerja tanam tumbuh di hutan menjadi menurun, karena kekeringan. Bahkan, pantauan media ini, dalam sebuah ulasan jurnal ilmiah. Melaporkan, kondisi pepohonan di hutan saat ini, tengah terjadi fenomena kegagalan fotosintesis yang merupakan proses produksi yang sangat berarti untuk bumi. Tidak lain, penyebab utamanya adalah peningkatan suhu bumi yang cenderung ekstrem. BACA JUGA: Baaf: Pangsa Pasar Palawija Harus Dicari "Kami mengimbau agar lebih berhati-hati, ketika akan berwisata alam. Khususnya pada jalur-jalur sungai. Harus benar-benar memperhatikan cuaca," imbaunya, kemarin. Dia juga meminta, pengelola wisata alam yang berkaitan dengan jalur sungai dan lainnya, untuk melakukan mitigasi mandiri dengan mencermati areal-areal yang menjadi spot jujugan. Apalagi, di tengah panas yang terbilang ekstrem. Wisata alam, kata Eka, memang menjadi alternatif yang paling dicari masyarakat. Bahkan menjadi episentrum aktivitas sosial, sejak penghujung masa pandemi Covid-19 hingga saat ini. "Lazimnya, ada jejak alam seperti tanah retak yang dapat dijadikan warning kemungkinan akan terjadinya longsor," ujarnya. "Memiliki manajemen tanggap, ketika terjadi situasi alam tak terprediksi. Seperti tetiba hujan lebat mengguyur dan sejenisnya," demikian Eka. (bep)
Kategori :