DI NEGERI PARA PESOLEK

Minggu 15 Sep 2024 - 19:31 WIB
Reporter : redaksi
Editor : Ependi

BACA JUGA:Menggores Aksara Di Pusara Rumah Ayah

Aku memasuki ruangan yang sangat mewah. Tuanku Yang Mulia duduk di kursi kebesarannya. Ruangan itu begitu antik, ada lukisan monalisa yang katanya itulah lukisan Leonardo da Vinci yang asli. Ada beberapa vas bunga dan guci antik peninggalan Dinasti Han dari Tongkok.

Tuanku Yang Mulia mempersilakan aku masuk. Aku tidak berani duduk. Hanya berdiri mematung. “Pak Eko, sehat?” Tuanku Yang Mulia membuka percakapan. “Sandika, Tuanku Yang Mulia” jawabku.

“Pak Eko sudah mempunyai keluarga kan? Sudah memiliki anak? Sekarang anak Pak Eko berapa tahun?” aku tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Tuanku Yang Mulia sekaligus. Aku ketakutan.

“Sandika,Tuanku Yang Mulia, hamba sudah berkeluarga, anak hamba satu orang sekarang baru menginjak 7 tahun, rencananya anak hamba besok akan mulai bersekolah Tuanku”.

Sambil tersenyum, manis sekali. Pemimpin Negeri Ini berujar “Nah, itulah alasan mengapa Pak Eko saya undang ke istana ini”.

BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati

BACA JUGA:PEREMPUAN YANG MENJUAL DIRINYA PADA JARAK

Aku semakin ketakutan. Terbayang wajah anakku yang polos, “Maafkan ayahmu, Nak, kalau terjadi sesuatu padamu” dalam hati yang paling dalam aku berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan anakku.

Karena menurut kabar yang aku terima Tuanku Yang Mulia menganut satu ilmu hitam yang bisa saja mencari tumbal dan itu anakku. Aku sedih mengingatmu, Nak. Akhirnya suara Tuanku Yang Mulia membuyarkan semua doaku.

Mungkin doaku tidak akan mencapai Tuhan. Masih di sawangan. “Besok jangan lupa, Pak Eko, Saya ingin  di depan sekolah anakmu, kamu dan anakmu wajib swafoto dan fotonya kirimkan di media yang sudah saya sediakan, kalau sampai tidak, maka Anda melawan pemerintah dan itu sangat membahayakan Anda dan keluarga Anda.

Camkan itu!”. “Sandika, Tuanku Yang Mulia. Apapun keinginan Tuanku adalah perintah wajib bagi hamba”. Itulah pertemuan singkatku dengan pemimpin Negeri ini, Tuanku Yang Mulia.

BACA JUGA:Anak Sekolah Dasar yang Mati Tak Berdasar

BACA JUGA:Love or Ghosting

Pertemuan malam itu telah mengubah jalan hidupku, menghilangkan idealisme dan tentu saja menghilangkan kebebasan dan imajinasiku. Hari-hari berikutnya aku bekerja seperti robot. Masuk dan pulang di jam yang sama. Aku bekerja di bagian penerbitan majalah Pesolek Press, salah satu surat kabar yang berada di Negeri ini.

Aku menjadi editor di bagian sastra. Aku menilai puisi dan cerpen. Menilai puisi dan cerpen di Negeri Ini tidak sulit karena semuanya sudah tersusun menurut format yang baku sesuai keinginan Tuanku Yang Mulia.

Kategori :

Terkait

Minggu 15 Sep 2024 - 19:31 WIB

DI NEGERI PARA PESOLEK

Sabtu 14 Sep 2024 - 21:06 WIB

Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati

Sabtu 24 Aug 2024 - 19:38 WIB

Love or Ghosting