Merupakan perahu khas Suku Mandar dari Sulawesi Barat yang memiliki berbentuk langsing dan mungil, karena hanya memiliki lebar satu meter serta panjang sekitar 7 meter. Uniknya, walau bentuknya kecil, sandeq punya tiang layar yang tinggi mencapai 20 meter, dengan bentangan layar hingga 5 meter.
Walau bentuknya mungil, sandeq tetap memiliki kemampuan mengarungi lautan dengan sangat tangguh. Bahkan, sandeq dapat berlayar melawan arah angin, dengan teknik berlayar zigzag atau dalam bahasa Mandar disebut sebagai Makkarakkayi.
Bentuk sandeq yang ramping memang membantu perahu layar bercadik ini lebih lincah dan memiliki kecepatan dibandingkan perahu layar lainnya.
BACA JUGA: Rumah Panggung, Warisan Nenek Moyang yang Kini Terancam Hilang
BACA JUGA:Jaga Eksistensi Warisan Budaya Indonesia
Jalur
Riau juga memiliki perahu tradisional lainnya yang cukup unik, yakni jalur. Perahu ini terbilang unik, karena menggunakan kayu gelondongan alias kayu utuh tanpa sambungan.
Konon, perahu jalur sudah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang masyarakat Kuansing sejak ratusan tahun silam, dan digunakan sebagai alat transportasi masyarakat yang tinggal sepanjang aliran Sungai Kuantan.
Kini, perahu jalur menjadi salah satu daya tarik wisata dari Kabupaten Kuantan Singingi yang dikenal dengan Festival Pacu Jalur.
Hebatnya lagi, festival ini berhasil masuk dalam Top 10 Karisma Event Nusantara (KEN) 2024. Tak sekadar berlomba menjadi yang tercepat dalam kompetisi balap perahu tradisional saja, festival yang telah digelar pada 20-25 Agustus 2024 ini menjadi salah satu bentuk upaya melestarikan budaya dan tradisi leluhur.
BACA JUGA:Situs Megalitikum di Sulawesi Tengah: Warisan Peradaban Pra-Aksara
BACA JUGA:Kelezatan Mie Jepang Warisan Perang
Bidar
Selanjutnya ada perahu tradisional khas Indonesia yang berasal dari Palembang, Sumatra Selatan.
Perahu bidar memiliki panjang sekitar 24-30 meter, lebar 75-100 cm, dan tinggi 60-100 cm. Dengan ukuran seperti itu, perahu bidar bisa menampung hingga 45-58 orang. Namun, menurut kepercayaan masyarakat Palembang, perahu bidar hanya bisa dinaiki pria saja.
Dalam bahasa Palembang, bidar berarti biduk lancar. Konon, zaman dahulu perahu ini digunakan untuk memperebutkan putri cantik bernama Putri Dayang Merindu. Legenda ini pun menjadi inspirasi sebuah festival budaya yang masuk dalam kalender Karisma Event Nusantara 2024.