Tindakan ini dilakukan sebagai upaya memulihkan kondisi sekaligus memberi ruang kepada ekosistem di dalam kawasan konservasi untuk bertumbuh kembali.
BACA JUGA:Aturan Baru Pengendalian Zat Adiktif: Rokok Eceran dan Iklan Dibatasi
BACA JUGA:Menjaga Momentum Jasa Konstruksi yang Berdaya Saing
Hal tersebut merupakan sebuah kelaziman termasuk ketika fase pandemi Covid-19 di mana seluruh kawasan konservasi sempat ditutup untuk kunjungan wisatawan.
Hal serupa juga dilakukan oleh pengelola Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kawasan konservasi di bagian timur Indonesia seluas total 1.817 kilometer persegi (km2) ini bak sepetak surga tersembunyi.
Karena selain memiliki keindahan alam dan bawah laut yang memikat, juga terdapat keistimewaan yang tak ditemui di belahan dunia mana pun.
BACA JUGA:Kolaborasi Pemerintah dan Swasta untuk Akses Air Minum Bersih di 2045
BACA JUGA:Sudah Pernah Coba Kopi dari 5 Wilayah di Indonesia Ini?
Ada satu spesies hewan purba yang masih hidup hingga hari ini di taman nasional tersebut bernama komodo yaitu sejenis biawak besar bernama Latin Varanus komodoensis.
Spesies terbesar dari keluarga Varanidae ini hidup di lima pulau utama Taman Nasional Komodo seperti Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami.
Tak hanya komodo, karena masih ada 58 jenis binatang dan 128 jenis burung dan 254 spesies tumbuhan.
Komodo merupakan magnet utama dari keberadaan kawasan konservasi di Labuan Bajo itu. Menurut data Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), setiap tahun ada ratusan ribu wisatawan.
BACA JUGA:Pasca Tewasnya Ismail Haniyeh, Israel Menanti Serangan Iran
BACA JUGA:Generasi Z dan Judi Online, Tantangan di Era Bonus Demografi 2045
Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga menyebut, dalam rentang Januari hingga Juni 2024 saja, kawasan TNK telah disinggahi oleh 129.621 wisatawan, terdiri dari 79.815 wisatawan mancanegara dan 49.806 wisatawan domestik.