Pada tahun 2023, penggunaan B35 telah menghemat devisa hingga Rp122 triliun. Jika beralih ke B40, penghematan devisa diperkirakan dapat mencapai sekitar USD9 miliar atau sekitar Rp144 triliun.
BACA JUGA:Percepat Transisi, Indonesia Dorong Perluasan Akses Energi Bersih
BACA JUGA:Porsi Energi Terbarukan Semakin Besar
Selain itu, penurunan emisi karbon dioksida (CO2) ditargetkan mencapai 42,5 juta ton dari estimasi pemakaian 16 juta kiloliter B40 pada 2025.
Suryawan Putra Hia, Vice President of Logistics PT KAI, menyatakan bahwa saat ini PT KAI telah menggunakan 300 juta liter bahan bakar B35 tanpa mengalami masalah pada performa mesin kereta.
Ia optimis bahwa peralihan dari B35 ke B40 akan berjalan dengan lancar. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Kepala Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), Mustafid Gunawan, yang menjelaskan bahwa uji coba penggunaan B40 dilakukan pada mesin lokomotif dan genset kereta api.
Untuk mendukung uji coba ini, PT KAI telah membangun fasilitas blending dan pengisian bahan bakar di lima lokasi strategis: Cipinang (Jakarta), Arjawinangun (Cirebon), Cepu (Blora), Lempuyangan (Yogyakarta), dan Pasar Turi (Surabaya).
BACA JUGA:Inovasi PLTS Terapung Mobile: Solusi Energi Terbarukan di Indonesia
BACA JUGA:Mengubah Limbah Jagung Menjadi Biomassa untuk Solusi Energi Bersih
Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia berharap dapat memperkuat ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi emisi karbon global.
Melalui inovasi dan komitmen terhadap pengembangan EBT, Indonesia tidak hanya berupaya untuk menciptakan solusi energi yang berkelanjutan, tetapi juga untuk mewujudkan masa depan yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Dengan langkah konkret ini, Indonesia menunjukkan bahwa negara kita siap menjadi pelopor dalam transisi energi, sekaligus berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.
Sumber: Indonesia.go.id