RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut, kinerja pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2024 menunjukkan dinamika yang menarik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat terpuruk pada awal tahun, kini kembali bergerak ke zona hijau, menutup semester pertama di level 7.000-an.
Meski demikian, secara year to date (ytd), IHSG masih mencatatkan penurunan sebesar 4,19 persen, menempatkannya di antara indeks saham terlemah di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik.
Selama Juni 2024, harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami pelemahan, termasuk saham-saham blue chip.
Analis mencatat bahwa tekanan jual dari investor asing menjadi katalis utama penurunan ini.
BACA JUGA:Benarkah Bakal Jadi Pengganti Leptop? Berikut 5 Rekomendasi Tablet Canggih Terbaru 2024
BACA JUGA:Dibandrol Rp2 Jutaan, Alasan Mengapa Realme 13 Menjadi Smartphone Yang Bakal Dicari Oleh Para Gamers
Saham blue chip, yang biasanya menjadi favorit investor karena stabilitas dan potensi pertumbuhannya, kini lebih sensitif terhadap arus capital outflow.
Data BEI menunjukkan bahwa posisi net sell investor asing mencapai Rp10,81 triliun secara ytd.
Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mencatat bahwa industri pasar modal Indonesia masih belum sepenuhnya bergairah.
IHSG melemah 5,4 persen ytd, meski jumlah investor di pasar modal mencapai 13,02 juta orang. Hal itu menunjukkan bahwa pasar masih dipengaruhi oleh sentimen negatif dari investor asing.
BACA JUGA:Mana Yang Lebih Bagus? Inilah Perbedaan Antara Chromebook dan Leptop Windows, Yuk Disimak..
BACA JUGA: Industri Kerajinan Tangan Indonesia Menembus Pasar Internasional
Kinerja dan Prospek IHSG
Pada kesempatan terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyebutkan bahwa secara bulanan, IHSG masih melemah 3,64 persen month to date. Namun, perkembangan tren pasar saham menunjukkan pertumbuhan yang positif.