RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Perkembangan dinamika global kini masih diselimuti ketidakpastian. Mencermati kondisi itu termasuk dinamika di domestik, wajar bila pemerintah bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR cukup berhati-hati ketika menyepakati asumsi dasar ekonomi makro Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2025.
Pasalnya, nota keuangan dan RAPBN Tahun 2025, sama seperti nota keuangan sebelumnya, memang didesain dengan mencermati dinamika perekonomian terkini, prospek, serta arah pembangunan ke depan, termasuk menuju Indonesia Emas 2045.
Ini sesuai dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani ketika menyerahkan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Tahun 2025.
“Kebijakan fiskal harus menjadi fondasi kuat bagi proses pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045. Berbagai tantangan dan hambatan akan terus dihadapi semua bangsa dalam mencapai cita-citanya, tidak terkecuali Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
BACA JUGA:Anggota Paskibraka Jalani Karantina, Rewardnya Liburan ke Padang
BACA JUGA:Bedah Rumah Milik 30 Keluarga di Selagan Raya Tahun 2025
Tak dipungkiri, tahun ini merupakan tahun terakhir Sri Mulyani menjabat sebagai Menteri Keuangan di Pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Pasalnya, Presiden dan Wakil Presiden terpilih akan dilantik 20 Oktober, hasil Pemilu 2024.
Menkeu pun menceritakan perjalanan dirinya dalam mengelola fiskal negara, terutama dalam sepuluh tahun terakhir. Sri Mulyani mengakui, pemerintah berhasil mengantisipasi dan memitigasi tantangan yang datang silih berganti.
Pada periode tersebut, eskalasi tensi geopolitik dan perang dagang menimbulkan fragmentasi global dan disrupsi rantai pasok. Pandemi Covid-19 dan perubahan iklim mengancam kemanusiaan serta menimbulkan dampak ekonomi yang besar.
Di sisi lain, volatilitas harga komoditas dan dinamika sektor keuangan memunculkan tekanan pada pertumbuhan global. Di tengah berbagai guncangan tersebut, pemerintah melalui instrumen fiskal dan berbagai strategi kebijakan mampu menopang kinerja perekonomian Indonesia, termasuk antisipatif untuk mengatasi tantangan jangka panjang.
BACA JUGA:Replanting Kakao dan Kelapa untuk Meningkatkan Produktivitas Nasional
BACA JUGA:Upaya Konservasi Harimau Sumatra di Era Modern
Terbukti, lima tahun sebelum Covid-19, ekonomi Indonesia rata-rata mampu tumbuh 5,0 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi global di 3,4 persen.
Kebijakan Responsif
Pada masa pandemi, dengan kolaborasi kebijakan yang responsif, Indonesia mampu pulih lebih cepat, dari kontraksi pertumbuhan ekonomi -2,1 persen pada 2020 menjadi tumbuh positif sebesar 3,7 persen pada 2021. Dalam dua tahun terakhir, ekonomi Indonesia tetap kuat, selalu tumbuh di atas 5,0 persen.