RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Seperti kebiasaan orang Indonesia tempo dulu, hingga saat ini banyak dari suku Sakai yang masih mempertahankan pemukiman di tepian sungai dan bertani dengan sistem ladang berpindah.
Hidup harmonis dengan alam, mencari nafkah dengan mengandalkan hasil hutan dan sungai, masih terus dipertahankan oleh sebagian orang Sakai provinsi Riau hingga saat ini, meski tidak lagi sebagai pemburu dan peramu secara total.
Ada hal unik ynag menjadi ciri khas sebagian orang Sakai, yaitu menyingkir atau berpindah ketika perkampungan mereka mulai ditempati oleh para pendatang.
Biasanya mereka akan membuat perkampungan baru di tepian hutan saat perkampungan mereka mulai ramai, begitu seterusnya, ketika pemukiman baru yang mereka buka mulai tersentuh keramaian, mereka lagi lagi akan menyingkir ke pinggiran dan membuat pemukiman baru.
BACA JUGA:HUT Bhayangkara Ke 78, Bupati Mian Ajak Masyarakat Ciptakan Kamtibnas
Sistem ladang berpindah juga menjadi ciri khas orang Sakai. Mereka terbiasa mencari lahan yang subur sebagai tempat bercocok tanam. Untuk tanaman yang biasa mereka budidayakan sama dengan suku suku lain di pulau Sumatera dan di sebagian besar wilayah Indonrsia.
Tanaman yang dibudidayakan seperti umbi-umbian, jagung dan padi. Akan tetapi untuk padi sendiri jarang dijumpai yang ditanam di sawah, orang Sakai lebih suka menanam padi di ladang yang baru dibuka.
Walau masih banyak yang memakai pola ladang berpindah, suku Sakai memiliki aturan adat yang ketat dalam urusan menebang pohon. Mereka tidak sembarangan menebang pohon dan memiliki hukum adat berupa denda bagi yang melanggar. Semakin tua pohon yang ditebang maka semakin besar denda berupa uang yang dikenakan.
Suku yang kabarnya berasal dari keturunan kerajaan Pagar Ruyung ini masih tergolong suku pedalaman yang belum terlalu terpengaruh oleh kemajuan teknologi. Kegiatan sehari-hari dilalui dengan cara hidup sederhana dan tradisional.
BACA JUGA:Polri Wujudkan Suasana Kamtibmas Yang Kondusif
BACA JUGA:Tebing Suban di Rejang Lebong Bengkulu, Tawarkan Panorama Alam yang Sempurna
Seiring berkurangnya kawasan hutan di provinsi Riau, mau tak mau mengurangi pula kebiasaan ladang berpindah orang orang Sakai. Kendati demikian masih banyak dari orang Sakai yang belum memiliki pekerjaan tetap, masih mengandalkan pencarian musiman dan hasil alam seperti menangkap ikan, mencari kayu, berburu madu hutan dan lain lain.
Daerah daerah yang mereka tempati mencakup wilayah Kecamatan Kandis dan kecamatan Minas Kabupaten Siak serta Kecamatan Mandau, Bhatin Solapan serta Talang Muandau dan Pinggir Kabupaten Bengkalis.
Kelompok adat Sakai terdiri dari Perbatinan Delapan dan Perbatinan Limo. Keduanya dapat dibedakan dari tanah yang mereka huni, yang mana hunian Perbatinan Limo ditandai dengan gundukan tanah, sementara kawasan Perbatinan Delapan ditandai dengan pohon kapur dan pohon sialang.