RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Harga energi, peningkatan biaya logistik, dan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD).
Tiga hal tersebut merupakan indikator penting yang menjadi perhatian pemerintah, menyusul meningkatnya tensi di Timur Tengah yang semakin memanas akibat konflik Iran dan Israel.
Eskalasi geopolitik di wilayah tersebut diwaspadai dapat berpengaruh terhadap Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Hal tersebut merupakan konsekuensi menjadi bagian dari perekonomian dan supply chain global.
Sebagai gambaran, merujuk data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup turun ke level Rp16.083 pada perdagangan.
BACA JUGA:Sawahku Menyala, Petani Pun Gembira
BACA JUGA:Potensi Ekspor!! Perbesar Pasar Ekspor Nyiur Melambai Sampai Jauh
Kenaikan nilai dolar Amerika Serikat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat Indonesia, salah satunya adalah peningkatan harga impor.
Sedikitnya ada dua barang impor yang menjadi komoditas utama bagi masyarakat Indonesia, yaitu minyak mentah (petroleum) untuk bahan baku bahan bakar minyak dan beras.
Pelemahan rupiah juga dapat berdampak negatif pada kinerja pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor. Misalnya industri farmasi petrokimia, makanan dan minuman, hingga tekstil.
Selain itu, kenaikan nilai dolar juga dapat mempengaruhi sektor ekspor Indonesia. Meskipun pada dasarnya bisa meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia.
BACA JUGA:Sekjen Kementan Berbagi Tips Tingkatkan Produksi Lewat Pompanisasi
BACA JUGA:HUT ke-44 Dekranas Siap Majukan Warisan Bangsa Indonesia
Karena harganya menjadi lebih kompetitif di pasar internasional, tetapi hal itu dapat mengurangi margin keuntungan para produsen dalam negeri.
Jika kondisi ini berlanjut, dampaknya panjang. Nilai tukar ini mempengaruhi perekonomian dan kehidupan masyarakat Indonesia sehari-sehari.
Ketika rupiah melemah terhadap mata uang asing, maka barang-barang impor akan menjadi lebih mahal bagi penduduk Indonesia dan barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih murah bagi penduduk asing (Miskhin, 2008).