"Ketika industri terus menurun lapangan kerja sedikit, jumlah UMKM berpotensi semakin banyak, utamanya usaha mikro. Maka ini akan jadi beban bagi UMKM artinya akan semakin tinggi persaingannya,” kata Menteri Teten melalui keterangan resmi yang dikutip InfoPublik.
Menurutnya, untuk menjadi negara maju pada 2045 dan menghadapi fenomena deindustrialisasi, sebagaimana catatan dari Bank Dunia, Pemerintah Indonesia perlu menyiapkan lapangan kerja yang berkualitas.
Saat ini 97 persen lapangan kerja disediakan oleh pelaku UMKM, 90 persennya ada diusaha mikro sektor informal tidak produktif. Menteri Teten mengatakan Indonesia perlu melahirkan ekonomi baru yang bisa menciptakan lapangan kerja berkualitas.
Menteri Teten mengatakan pihaknya sedang membangun industri skala menengah berbasis koperasi untuk mengolah keunggulan domestik, dengan menghasilkan barang setengah jadi hingga barang jadi agar memberikan nilai tambah dan diharapkan dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas.
BACA JUGA:Global Bond BNI Oversubscribe 6,4 Kali, Bukti Kepercayaan Investor Tinggi
BACA JUGA:InJourney Airports Targetkan Jadi Operator Bandara Kedua Terbesar Dunia
Karena setiap, kata Menteri Teten daerah punya keunggulan. Apalagi sebanyak 41 persen pemilik lahan sawit adalah rakyat, maka Kemenkop UKM mendorong mereka untuk membangun pabrik minyak makan merah.
"Ini akan memperkuat perekonomian rakyat, jadi para petani sawit tidak hanya menjual TBS (Tandan Buah Segar) kepada industri yang harganya lebih sering tidak stabil sehingga mereka justru selalu dirugikan,” kata Menteri Teten.
Sedangkan untuk Rumah Produksi Bersama, pihaknya telah membangun di delapan lokasi pada 2023 dengan berbagai komoditas unggulan, di antaranya komoditas cokelat di Jembrana Bali, kulit di Garut, dan garam di Pangkep.
Pada 2024, Kemenkop UKM menargetkan membangun Rumah Produksi Bersama di tujuh lokasi baru. Harapanya komoditas unggulan di daerah dapat diproses menjadi barang yang memiliki nilai tambah.
BACA JUGA: Jelang Lebaran, Mendagri Minta Bupati Jaga Stabilitas Ekonomi
BACA JUGA:Mengenal Program Eco-Industrial Park
"Selain itu akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat hingga terhubung kedalam rantai pasok industri atau supply chain,” kata Menteri Teten.
Lanjutnya, dari sisi pembiayaan pemerintah juga telah menyalurkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku UMKM. Perlu ada skema baru dari pihak perbankan yakni dengan metode credit scoring untuk memudahkan pelaku usaha khususnya mikro untuk mengakses pembiayaan.
“Pada 2023 pemerintah juga telah menyalurkan KUR sebesar Rp260,26 triliun kepada 4,64 juta debitur. Kami juga berharap perbankan dapat mengubah aturan terkait agunan yang semula kolateral menjadi credit scoring,” kata Menteri Teten.
Wakil Ketua Komite IV DPD RI Elviana mengatakan pihaknya mengapresiasi program dan kinerja KemenKopUKM pada 2023 dan siap mendukung program strategis pada 2024.