RADARUTARA.BACAKORAN.CO- Ekonomi Indonesia, meminjam istilah Menteri Keuangan Sri Mulyani, nyatanya “laen” dengan ekonomi negara lain.
Melalui unggahan di akun instagram resminya, Sri Mulyani mengungkapkan kinerja positif perekonomian Indonesia dan APBN KiTA.
Dalam paparannya, Sri Mulyani membeberkan fakta bahwa hingga Januari 2024 pendapatan negara sudah terkumpul Rp215,5 triliun atau 7,7 persen target, belanja negara Rp184,2 triliun atau 5,5 persen pagu, dan APBN masih surplus Rp31,3 triliun atau 0,14 persen produk domestik bruto (PDB).
BACA JUGA:Langkah Antisipatif Jelang Kemarau Tiba
BACA JUGA: Mengembangkan Pariwisata Hijau Berkelanjutan di IKN
Namun harus diakui bahwa perkembangan ekonomi global, ditambah dengan perkembangan geopolitik seperti ketegangan di Laut Merah sebagai imbas dari konflik Timur Tengah, tidak urung berdampak pada perlambatan jalur pergerakan barang.
Sementara itu, penyelenggaraan pemilihan umum pada tahun 2024 di beberapa negara mitra utama Indonesia, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, India, dan Taiwan, juga tidak lepas sebagai indikator yang mempengaruhi perilaku bisnis mereka ke Indonesia.
Tumbuh Positif
Dalam situasi global yang belum stabil tersebut, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh dan tampak terkendali, termasuk sektor industri manufaktur.
BACA JUGA:Mengendalikan Harga Beras di Bulan Ramadan
BACA JUGA:Kemilau Perhiasan Indonesia Mendunia
Rata-rata pertumbuhan PDB industri manufaktur Indonesia mencapai 3,44 persen (2014-2022), lebih tinggi dari pertumbuhan dunia maupun OECD (data world bank), dengan kontribusi mencapai 19,9 persen.
Nilai Manufacturing Value Added Indonesia tahun 2021 yang mencapai USD288 miliar (data UNStats), menunjukkan Indonesia merupakan salah satu power house manufaktur dunia.
Ekspor produk Industri nonmigas menyumbang 72,24 persen ekspor Indonesia (tahun 2023).