Ciri khas daunnya menyirip berjajar dua dan tangkainya bercabang mendua. Pada bagian bawah daun ada stomata berwujud bintik-bintik yang berfungsi sebagai alat penapasan.
Resam dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis, tersebar di Asia dan Pasifik. Kendati dikenal sebagai gulma atau pengganggu, resam pun dapat berfungsi sebagai tanaman obat.
BACA JUGA: Siapkan Fasilitas, SMAN 16 Bengkulu Utara Kejar Target Isi 2 Kelas
BACA JUGA: Bersama Warga, TNI Gempur Progres Pekerjaan Pembangunan TMMD
Seperti disebutkan di dalam website Yayasan Kehati, resam dapat mengobati luka, sebagai obat batuk, obat infeksi saluran kencing, dan pemecah bisul.
Tumbuhan ini kendati bersifat invasif dan mampu mendominasi permukaan tanah, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman lain.
Pada kenyataannya, resam justru memberi manfaat lantaran mampu menyuburkan tanah dan menyerap racun di sekitar tempatnya tumbuh serta dapat dijadikan tanaman hias.
Bagi masyarakat suku Ketapik yang mendiami kawasan Desa Dendang, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, resam mendapat tempat spesial karena bisa bernilai ekonomi tinggi.
BACA JUGA: Warga Sendang Mulyo Berharap Jalan Desa Diperbaiki
BACA JUGA:PK Diteken, ASN DPK Bengkulu Diminta Mengimplementasikan
Lewat tangan-tangan terampil dan kreatif penduduk desa salah satu subsuku Melayu tersebut, resam dibuat naik kelas sebagai anyaman pembuat kopiah unik ramah lingkungan dan dalam perkembangannya juga dapat dibuat cincin atau gelang.
Turun-Temurun
Tradisi membuat kopiah resam sudah diwariskan turun-temurun oleh para leluhur Desa Dendang. Hampir semua warga, khususnya kaum hawa, mampu membuat kopiah resam.
Proses membuat kopiah resam tergolong sulit dan menguras waktu, meski harga jualnya pun cukup tinggi, yakni berkisar Rp100 ribu hingga jutaan rupiah per songkok tergantung kualitas produk, kasar atau halus.
BACA JUGA: Mau jadi Sultan! Ini 4 Cara Menabung Emas Fisik yang Dapat Anda Lakukan
BACA JUGA:Industri Pengolahan Penopang Ekonomi Nasional