Dan rakyat juga harus cerdas melihat dan menilai visi, misi dan rencana program kerjanya apakah logis atau tidak, atau hanya sekedar janji manis belaka.
BACA JUGA: Sinergitas Pemprov dan Polda Dorong Percepatan Pembangunan di Bengkulu
BACA JUGA: Pengaruhi Pemilih, Bisa Dipenjara 3 Tahun
Tapi sayangnya, tidak semua rakyat atau masyarakat bisa menggunakan kecerdasan dan logikanya dalam menentukan pilihannya.
Rakyat cenderung terjebak pada kepentingan pragmatis yang diciptakan oleh para politisi yang juga mempunyai kepentingan pragmatis.
Bak gayung bersambut, terjadilah hubungan proses simbiosis mutualisme antara calon dan rakyat. Sehingga dalam setiap perhelatan hajat demokrasi yang digelar setiap 5 tahunan ini sering terdengar istilah NPWP (Nomer Piro Wani Piro).
Yang kesempatan lima tahun ini, benar-benar dimanfaatkan oleh rakyat untuk “BERPESTA” mendapatkan pundi-pundi rupiah dari calon-calon yang masuk ke daerah pemilihannya.
BACA JUGA: Kelindan Wewenang Wasit Pemilu Bernama Bawaslu
BACA JUGA: Ratusan Knalpot Brong Disita, Penjual Bisa Ditindak!
Bahkan ada yang kadang sampai mendapatkan jutaan rupiah perorangnya karena setiap calon yang masuk dan memberi. Ia terima dengan dalih para calon yang memberi bukan ia yang meminta, soal pilihan urusan hati nurani.
Tapi ada juga mereka sekelompok orang yang melakukan kontrak dengan calon. Mereka siap memilih asal ada imbal balik Bagi mereka baik yang bisa dinikmati secara individu maupun kelompok.
Selain itu, ada juga peserta pemilu yang melalui perpanjangan tangan kader yang berkuasa.
Melakukan intimidasi dan ancaman kepada rakyat untuk menentukan pilihan sesuai keinginan para penguasa.
BACA JUGA: Tangani Irigasi Jebol, Tantawi Dali Ikut Gotong Royong
BACA JUGA: Jelajahi Dunia Lewat Perpustakaan, Meri Sasdi: Gali Inovasi dan Kreatifitas
Bukankah sejatinya, pemimpin yang sedang berkuasa dulunya juga dipilih oleh rakyat.