Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi teh nasional pada 2022 tercatat sebesar 136.800 ton, dengan provinsi produsen terbesar adalah Jawa Barat.
Sejauh ini Indonesia memiliki potensi industri teh artisan yang berkualitas, dengan didukung oleh peremajaan perkebunan dan pengolahan teh dengan pemanfaatan teknologi dan komunikasi digital.
Mendukung hal itu, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menyatakan, berkomitmen turut serta mendongkrak perkembangan IKM teh artisan.
BACA JUGA:Sukseskan Pemilu 2024. Ini Pesan Kakan Kemenag Mukomuko Untuk Jajarannya...
BACA JUGA:Petani di Lubuk Sanai Terancam Gagal Tanam Padi, Ini Penyebabnya
Sejumlah langkah pun dilakukan, yakni melalui pembinaan penerapan CPPOB, pembinaan penerapan dan sertifikasi HACCP, keikutsertaan dalam kegiatan Indonesia Food Innovation (IFI), serta fasilitasi pada berbagai pameran tingkat nasional maupun internasional.
Hingga akhir 2023 lalu, merujuk catatan Kemenperin, Ditjen IKMA telah membina sembilan IKM teh artisan yang tersebar di Jawa dan Bali agar semakin naik kelas.
IKM tersebut di antaranya adalah PT Sila Agri Inovasi, PT Karsa Abadi Bali, CV Haveltea, Nala Indonesian Tea, Swarga Flower Tea & Co, Rumah Atsiri Indonesia, Tim Tim (Tisane), CV Ramu Padu Nusantara (Tisane), dan CV Puji Indojamu (Tisane).
Mereka telah mengikuti workshop dan pendampingan sertifikasi HACCP, pendampingan penerapan CPPOB, menjadi peserta program IFI, hingga berpartisipasi di pameran-pameran pangan.
BACA JUGA: Wujudkan Kekayaan Laut Yang Berkelanjutan di Bengkulu
BACA JUGA: Hindari Penggunaan Alat Tangkap Tak Ramah Lingkungan
Tidak ketinggalan, mereka pun getol menyuarakan; “Ayo ngeteh!”. (*)
Sumber : Indonesia.go.id