Selain minum kopi, minum teh sejatinya merupakan pilihan menarik di saat bersantai. Terlebih di era pandemi Covid-19 yang berlangsung selama sekitar tiga tahun (2020--2023).
Mendorong masyarakat semakin sadar pentingnya hidup sehat, termasuk dengan mengonsumsi minuman yang mengandung bahan-bahan alami.
Salah satu pilihan sajian sehat berbahan alami adalah teh. Sehingga tradisi minum teh, demikian kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita, kembali merebak.
“Sayangnya, popularitas teh di Indonesia saat ini mungkin belum sepopuler kopi terutama pada kalangan generasi muda. Untuk itu diperlukan inovasi dengan racikan yang baru untuk tetap menjaga eksistensi dari teh itu sendiri,” kata Dirjen Reni.
BACA JUGA:Sukseskan Pemilu 2024. Ini Pesan Kakan Kemenag Mukomuko Untuk Jajarannya...
BACA JUGA:Mengejar Realisasi Investasi Rp1.650 Triliun di 2024
Padahal, budaya minum teh sejatinya merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-menurun.
Selain itu, teh adalah minuman yang hampir selalu tersaji di tengah-tengah keluarga masyarakat Indonesia. Karena itu, sudah sepantasnya idiom “ayo ngeteh!” terus digaungkan, sejajar dengan ajakan “ayo ngopi!”
Teh Artisan
Merebaknya tren minum teh di kalangan kaum muda mendapat perhatian serius Pemerintah.
BACA JUGA: Menghitung Cuan Hilirisasi Industri Sawit
BACA JUGA: Daya Saing Digital Indonesia
Didukung Pemerintah, mereka yang tergabung dalam Asosiasi Artisan Teh Indonesia (ARTI) dan Dewan Teh Indonesia (DTI) sepakat mendirikan Rumah Teh Indonesia.
Tujuannya adalah untuk menjaga kelestarian teh Indonesia agar tetap eksis di tengah masyarakat.
Sebab, teh berpotensi besar sebagai pilihan minuman favorit selain kopi, di kafe-kafe yang kerap dikunjungi oleh para generasi muda milenial dan generasi Z.