Hal tersebut juga diperkuat dengan laporan McKinsey tahun 2020, yang melaporkan bahwa generasi Z Indonesia sebagian besar merupakan tipe konsumen yang sadar merek, cenderung menjadi pengadopsi awal sebuah produk atau layanan.
BACA JUGA: Selangkah Menuju Indonesia Terang 100%
BACA JUGA: Melanjutkan Kebangkitan Industri Pariwisata Indonesia
“Kehadiran teh artisan yang cukup menarik perhatian generasi muda perlu mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat dan pemerintah,” ungkap Dirjen Reni.
Teh artisan adalah salah satu inovasi dalam pengembangan teh yang menawarkan berbagai manfaat dari bahan yang digunakan dan nilai estetika dalam tampilannya.
Berbeda dengan produk teh komersil yang didominasi produk industri besar dan perkebunan, teh artisan justru sangat cocok dikembangkan oleh IKM.
Dengan modal terbatas, selama mampu bersaing dari sisi kompetensi SDM dan kreativitas, IKM teh artisan diyakini berpeluang bersaing dalam pasar teh artisan di Indonesia.
BACA JUGA: Mendongkrak Kinerja Industri Manufaktur di 2024
BACA JUGA: Indonesia Gandeng Vietnam Jadi Pemain Lobster Dunia
Asosiasi Artisan Teh Indonesia mendefinisikan, teh artisan terbuat dari bahan dasar teh (camellia sinensis) berkualitas tinggi dan alami, sehingga karakter autentik produk teh tersebut sangat terlihat.
Menurut ARTI, suatu campuran bahan teh dan tisane (herbal dan rempah) dapat disebut racikan teh artisan apabila jumlah teh lebih dari 50% dari bahan campuran lainnya, dan karakteristik dasar tehnya masih dapat dirasakan.
Potensi Besar
Selama ini, industri teh artisan belum banyak terekspos karena masih sedikit penggiat teh yang memberikan edukasi lengkap mengenai wawasan teh Indonesia.
BACA JUGA: Hilirisasi Tepat, Tuai Hasil Positif
BACA JUGA: Pajak Kolaborasi Banyak Pihak
Banyak orang mengira teh yang berkualitas tinggi dan premium hanya dapat diimpor dari luar, yaitu dari Eropa dan Asia Timur. Padahal, setiap teh di suatu negara dan dari kebun yang berbeda tentu memiliki karakteristik dan keunggulan yang berbeda.