Ketika perang, dirinya sempat dihujam peluru tajam saat bertugas pada tahun 1917. Pandangan heroik pun mengantarkannya menerima penghargaan Silver Medal of Valour.
Poin penting dari kisah awal Gyorgyi ini, adalah keberhasilan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dengan gigih dan tanpa lelah.
Sukses adalah perjuangan yang keras. Namun harus dibarengi dengan langkah-langkah yang cerdas.
BACA JUGA:Kendala Prinsip Daerah di Sektor Tata Kelola Arsip
BACA JUGA: Lanjutan Pembangunan Sapras Rumah Adat Disiapkan Rp580 Juta
Selepas perang, Gyorgyi tetap melanjutkan kuliahnya di Budapest hingga tuntas. Dia sempat berpindah-pindah kerja. Mulanya, ia bekerja di Pozsony.
Di sana ia bekerja dengan G Mansfeld, seorang ahli ilmu farmasi. Kemudian ia bekerja di Praha, bersama dengan Armin von Tschermak.
Pindah lagi. Ia bekerja bersama dengan L Michaelis di Berlin, kota di kawasan Metropolitan yang berada di Timur Laut Jerman.
Pengalaman kerja itu, melecut Gyorgyi untuk kembali kuliah. Ia melanjutkan pendidikannya selama dua tahun pada Institute For Tropical Hygiene.
BACA JUGA:Pemilih Pemula Mukomuko Tembus 7.140 Jiwa. Ini Sebarannya...
BACA JUGA: Selangkah Menuju Indonesia Terang 100%
Kampus itu terletak di Hamburg. Kota kedua terbesar di Jerman. Di sana, ia mengambil jurusan kimia fisik.
Setamat di sana, Gyorgyi kemudian melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah kimiawi pada respirasi sel di Groningen.
Kemudian ia mendeteksi adanya sifat ketergantungan yang terjadi antara oksigen dan pergerakan hydrogen.
Tak terhenti di sana saja. Gyorgyi juga memotori penelitian terhadap dehydrase dan sisten oksidasi polyphenol pada tumbuhan.
BACA JUGA:Giatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD. Lakukan Langkah Ini..