Pintu kemudian digedor. Suara-suara orang dewasa. Tapi bukan suara Ibu. Aku semakin takut. Tapi aku juga pengen keluar. Api itu menyambari kami. Sekejap aku memekik.
"Tolong..Tolong..Kami di sini. Aku dan dede. Kami belum makan."
Tapi suara aku hilang dileleh api. Mungkin juga dicuri asap. Aku peluk erat keduanya. Mereka diam. Aku goyangin bahu mereka. "Jojo? Awa?" Mereka pucat sambil mendengus. Mata Dede Jojo sedikit terbuka. Ku amati dia mirip boneka yang udah usang.
BACA JUGA:Kopi Pahit di New York
BACA JUGA:Jejak Cinta
"Ibuu...Panass..Sakit!!"
Aku menjerit menangis kesakitan. Pekikanku kemudian disambut tangan-tangan asing. Tangan itu menarikku dari bawah meja. Badanku melayang. Aku lihat Dede Jojo dan Awa terkulai di atas tangan-tangan lainnya. Mungkin kelelahan bermain hingga mereka ketiduran. Dari kobaran yang mengelupasi kulit wajahku, aku saksikan rumah kami mulai diselimuti warna merah naga.
"Dede Jojo dan Awa, lihat naga itu makan rumah kita!" kataku yang melihat mereka dibopong. Keduanya pasi tak bergerak. Dibopong kayak bantal.
Sekarang aku berada di dalam mobil besar yang banyak lampunya. Semakin banyak suara orang di sini. Namun tak terdengar suara ibu. Aku mencari Ibu dengan menempelkan wajahku ke kaca mobil. Tak ada juga ku lihat. Aku lalu bertanya kepada seorang asing berpakaian putih, "Ibuku mana?"
"Dede cantik, ibumu bentar lagi sampai ke sini kok. Tahan sedikit ya" kata orang itu sambil mengolesi tubuhku dengan cairan dingin. Aku meringis perih.
BACA JUGA:MALING KONDANG
BACA JUGA:Mendoakan Kematian?
Orang itu lalu berikan aku selimut lembut. Namun aku tetap ingin pelukan lembut ibu.
Aku duduk. Orang itu kemudian memberikanku boneka beruang.
"Mery??" kataku terkejut.
Aku heran dengan keberadaanya. Aku peluk boneka kesayanganku itu meski bentuknya sekarang gosong. Kedua mata boneka itu juga hilang.