3. Gangguan Kehamilan
Jika kadar gula darah tetap tinggi selama kehamilan, dapat muncul risiko diabetes gestasional. Kondisi ini dapat meningkatkan kemungkinan preeklamsia pada ibu hamil. Dalam situasi ini, ibu hamil mungkin perlu menjalani proses persalinan secara caesar.
BACA JUGA:Penderita Gula Darah Tinggi Wajib Tau, Ini Pantangan Yang Mesti Dihindari
BACA JUGA:Ini Dia Beberapa Deretan Obat Diabetes Alami yang Mampu Menurunkan Kadar Gula Darah Secara Efektif
Selain dampak buruk bagi ibu, gula darah tinggi juga dapat mempengaruhi bayi, seperti kelahiran prematur, berat badan berlebih, gangguan pernapasan saat lahir, hingga risiko keguguran. Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional juga berpotensi mengalami hipoglikemia serta kerentanan terhadap diabetes tipe 2 dan obesitas di kemudian hari.
4. Perubahan pada Kulit di Area Lipatan
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan akantosis nigrikans, yaitu kondisi di mana kulit di area lipatan menjadi gelap dan berkerut. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar insulin dalam darah, yang merangsang pertumbuhan sel-sel kulit berlebih dan penumpukan pigmen melanin.
5. Keputihan yang sering kambuh
Salah satu dampak gula darah tinggi yang sering dialami oleh wanita adalah keputihan yang berulang dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan kuman dan jamur dalam tubuh, termasuk di area organ intim.
BACA JUGA:Waspadai! Deretan Menu Sarapan Ini Ternyata Bisa Bikin Gula Darah Naik di Pagi Hari
Kuman dan jamur ini dapat menyebabkan infeksi, sehingga keputihan menjadi gejala yang berlangsung terus-menerus. Keputihan tersebut seringkali disertai dengan rasa gatal atau nyeri pada area vagina, iritasi di organ intim, dan bau tidak sedap.
6. Infeksi saluran kemih (ISK)
Jika dibiarkan, gula darah tinggi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi ini dapat muncul akibat urine yang mengandung glukosa tinggi, sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan bakteri penyebab ISK.
Gejala umum yang dialami saat terkena ISK meliputi nyeri atau perih saat berkemih (anyang-anyangan), frekuensi buang air kecil yang meningkat, urine dengan bau menyengat, darah dalam urine, serta demam.