
BACA JUGA:Kembali ke Laut
Dia hanya berharap, berharap, dan terus berharap. Semoga harapannya tidak menggantang asap, tetapi berbuah menjadi kenyataan.
Bukankah prestasi besar itu lahir dari sebuah mimpi yang besar? Dan mimpi besar itu harus berada pada proses yang besar juga? Ini keyakinan Budi. Dia yakin bahwa proses jelas tidak akan mengkhianati hasilnya.
Tapi, Sang Pelatih telah mengkhianatinya. Apakah demikian? Budi tidak tahu.
“Hei, You. Nama kamu siapa?” ujar sosok laki-laki paruh baya dengan kacamata dan topi berwarna putih.
“Saya Budi, Coach!” ujar Budi.
BACA JUGA:Natal di Keluarga Barbara
BACA JUGA:MAKAM KERAMAT BAH UYUT
“You, kalau mau melamun jangan di sini. Latihan yang serius. Paham!”
“Baik, Coach.” Jawab Budi singkat.
“Kalian di sini adalah pemain bola, bukan pemain drama. Lupakan Sang Pelatih yang pergi meninggalkan kalian. Sekarang ada aku yang akan membawa banyak trofi dan kemenangan” ungkap laki-laki itu sambil berapi-api.
Ternyata laki-laki itu adalah pelatih baru yang telah menggantikan Sang Pelatih. Konon dia pernah melatih banyak tim bagus di benua biru.
Banyak tim yang ditanganinya menjadi juara dan mendapatkan banyak trofi. Laki-laki itu dulunya adalah pemain yang hebat.
BACA JUGA:Penjamah di Tanah Tuah
BACA JUGA:Perempuan Penggenggam Pasir
Pernah masuk dalam jajaran pemain top dunia pada masanya. Akan tetapi, cedera lutut yang berkepanjangan membuatnya gantung sepatu lebih dini dan memutuskan untuk menjadi pelatih.