RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Bisnis e-commerce (lokapasar) di Indonesia menjadi pendorong utama dari pertumbuhan ekonomi digital.
Pasar e-commerce yang terus berkembang membuat persaingan antarpelaku lokapasar akan semakin sengit pada tahun-tahun mendatang.
Mengacu riset Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai Gross Merchandise Value (GMV) ekonomi digital Indonesia akan mencapai USD90 miliar pada 2024 atau naik 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan begitu, GMV ekonomi digital Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
BACA JUGA:Tips Memasarkan Produk UMKM di E-Commerce
BACA JUGA:Perkembangan Ekonomi Digital E-Commerce di Indonesia Ternyata Tidak Terlepas Dari Peranan Gen Z
Sektor e-commerce masih menjadi kontributor terbesar bagi ekonomi digital Indonesia, yakni tumbuh 11 persen menjadi GMV USD65 miliar pada 2024.
Hal ini didukung oleh agresifnya platform e-commerce besar dalam menawarkan inovasi fitur-fitur baru seperti video commerce untuk meningkatkan pengalaman dalam berbelanja.
Potensi yang demikian besar ini membuat pemerintah memprioritaskan ekonomi digital khususnya lokapasar sebagai pendorong utama perekonomian nasional.
Kontribusi nyata e-commerce terlihat ketika masa pandemi justru menjadi 'penyelamat' perputaran ekonomi masyarakat.
BACA JUGA:Beroperasi Lagi, TikTok Masih Jadi e-commerce, Kemendag Beri Waktu 3 Bulan Untuk Pisahkan
BACA JUGA:Wajib Tau, Hanya Ini Barang yang Boleh Diimpor Via E-Commerce
Keperluan konsumsi maupun kebutuhan relaksasi dan medis masyarakat bisa dipenuhi oleh platform digital seperti lokapasar.
Salah satu program pemerintah yang memakai e-commerce untuk mengangkat produk UMKM dan industri dalam negeri adalah Hari Belanja Online Nasional (HARBOLBAS).
Program yang sudah digelar beberapa tahun terakhir ini terbukti mampu mendongkrak daya beli masyarakat serta mengenalkan produk-produk lokal.