Menurut Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro, salah satu kendala besar dalam peningkatan lifting adalah faktor alam. Cuaca ekstrem dan banjir kerap menghambat aktivitas pengeboran dan perawatan sumur. Selain itu, beberapa proyek migas juga menghadapi delay on stream, atau keterlambatan dalam proses produksi.
“SKK Migas terus berkomitmen untuk mendukung mandat pemerintah dalam mencapai target lifting. Inventarisasi potensi dan kendala di lapangan terus dilakukan guna mempercepat berbagai proyek yang memiliki nilai strategis,” tutur Hudi.
Langkah-langkah terobosan ini tidak hanya bertujuan untuk mengejar target lifting yang ambisius, tetapi juga demi menjaga ketahanan energi nasional. Dengan mengurangi ketergantungan pada impor migas, Indonesia bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan energi domestik.
BACA JUGA:Demi Wujudkan Kinerja Keberlanjutan Hulu Migas, PEPC Regional Indonesia Timur Perkuat Kolaborasi
BACA JUGA:Revisi UU Migas Dukung Investasi Migas dalam Era Transisi Energi
Djoko Siswanto diharapkan mampu menjalankan perannya dengan efektif, memperkuat kolaborasi antara SKK Migas, KKKS, serta berbagai pihak terkait. Jika target 1 juta BOPD dan 12 BCF gas pada 2030 bisa tercapai, Indonesia tidak hanya akan memperkuat ketahanan energinya melainkan juga berpotensi meningkatkan penerimaan negara dari sektor migas.
Meski perjalanan ini tidak mudah, harapan besar tertumpu pada pimpinan baru SKK Migas untuk membawa perubahan nyata bagi masa depan energi Indonesia. (**)
Sumber indonesia.go.id