Upaya Pemerintah Mengejar Produksi 1 Juta Barel di 2030

Sabtu 16 Nov 2024 - 17:04 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Ependi

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Indonesia menetapkan target ambisius untuk mencapai produksi minyak 1 juta barel per hari dan produksi gas bumi hingga 12 miliar kaki kubik (BCF) pada 2030.

Target itu bukan sekadar mimpi, melainkan sebuah sasaran realistis yang diharapkan mampu menjaga ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Hanya saja, jalan menuju pencapaian tersebut bukan tanpa hambatan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan pesan penting itu saat melantik Djoko Siswanto sebagai Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pada 7 November 2024.

Djoko yang berpengalaman di sektor migas diharapkan mampu mendorong peningkatan lifting atau produksi migas Indonesia yang saat ini masih di kisaran 600.000 barel per hari.

BACA JUGA:Upaya Dongkrak Produksi Migas, Insentif Terus Diperbaiki

BACA JUGA:Kementerian ESDM Lakukan Tiga Kerja Sama Teknologi, Guna Optimalkan Produksi Migas

Kini, konsumsi minyak Indonesia mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari (BOPD). Sedangkan, produksi minyak dalam negeri masih jauh di bawah angka tersebut.

Artinya, Indonesia masih harus mengimpor sekitar 1 juta BOPD untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut Bahlil, tantangan besar ini menjadi pekerjaan rumah utama bagi Djoko Siswanto.

Indonesia memerlukan terobosan untuk meningkatkan lifting minyak yang sudah lama berada di bawah target. Tahun ini, misalnya, target lifting yang ditetapkan dalam APBN 2024 adalah 635.000 BOPD.

Realisasinya hanya di 576.000 BOPD. Hal serupa terjadi pada produksi gas yang hanya mencapai 5.301 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dari target 5.785 MMSCFD.

BACA JUGA:Demi Wujudkan Kinerja Keberlanjutan Hulu Migas, PEPC Regional Indonesia Timur Perkuat Kolaborasi

BACA JUGA:Revisi UU Migas Dukung Investasi Migas dalam Era Transisi Energi

Djoko Siswanto, yang baru saja dilantik, bukanlah sosok baru di sektor migas. Berpengalaman selama lebih dari tiga dekade, Djoko memiliki latar belakang yang kuat dalam eksplorasi dan produksi minyak serta gas bumi.

Ia memulai karirnya sebagai Petroleum Engineer di PT Sarana Putra Makmur pada 1990, dan sejak itu telah menempati berbagai posisi penting, termasuk sebagai Dirjen Migas Kementerian ESDM serta Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional.

Djoko yang merupakan lulusan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan meraih gelar doktor di bidang yang sama, dipercaya membawa wawasan teknis yang mendalam serta jaringan yang luas dalam industri migas.

Kategori :